
Kegiatan operasional dan interaksi pelanggan di banyak perusahaan saat ini telah bergantung sebagian besar pada aplikasi mobile. Aplikasi dapat menjadi alat untuk memfasilitasi transaksi, meningkatkan engagement pelanggan, hingga mengoptimalkan efisiensi di internal. Akan tetapi, ketergantungan pada aplikasi mobile juga memiliki risiko yang tinggi, khususnya pada risiko keamanan yang terus mengintai aplikasi. Salah satu jenis serangan yang sering terjadi pada aplikasi mobile adalah tampering. Praktik yang berbahaya ini dapat mengancam keberlangsungan bisnis Anda.
Code tampering atau modifikasi kode dalam aplikasi merupakan upaya yang terencana dan ilegal dengan tujuan jahat. Tindakan ini dapat berujung pada kebocoran data sensitif pelanggan, layanan aplikasi terganggu, hingga kerugian finansial. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami esensi dari ancaman ini. Artikel ini akan membahas apa itu tampering, apa saja jenis-jenisnya, bagaimana cara kerjanya, apa yang harus dilakukan ketika terjadi app tampering detected, serta bagaimana mengimplementasikan anti tampering.
Tampering adalah tindakan memodifikasi kode, sumber daya, atau data aplikasi mobile secara tidak sah setelah aplikasi dirilis dan didistribusikan. Modifikasi terhadap berbagai aspek aplikasi ini dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tujuan utama dari tindakan ini umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara ilegal, mencuri data sensitif, menyisipkan perangkat lunak berbahaya, hingga merusak reputasi bisnis.
Terdapat beberapa motivasi lain dari pelaku serangan ini. Beberapa penyerang bertujuan untuk mencuri data-data sensitif pengguna aplikasi, mulai dari informasi pribadi, detail finansial, hingga data transaksi bisnis. Selain data, ada juga penyerang yang berfokus pada menyisipkan malware ke dalam aplikasi untuk penghasilan ilegal dari iklan yang tidak diinginkan. Ada juga penyerang yang mencoba memodifikasi aplikasi untuk mendapatkan akses ke fitur premium atau data tertentu secara ilegal. Kompetitor juga dapat melakukan serangan ini untuk mengganggu kelancaran operasional dan merusak reputasi bisnis.
Potensi kerugian dan dampak yang besar ini membuat implementasi pencegahan modifikasi aplikasi ini sangat penting. Perusahaan perlu memahami dan menyiapkan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dari serangan ini.
Serangan modifikasi aplikasi secara ilegal ini memiliki banyak bentuk dan jenis. Pemahaman tentang berbagai jenis modifikasi ilegal ini dapat membantu perusahaan untuk bisa merancang strategi keamanan yang lebih terarah. Berikut ini adalah beberapa jenis dan penjelasannya:
Jenis modifikasi ini menargetkan langsung pada kode sumber dari aplikasi yang diserang. Hal ini dilakukan oleh pelaku dengan menyisipkan kode berbahaya atau backdoor yang memungkinkan mereka mendapatkan akses tanpa izin. Selain itu, penyerang juga dapat mengubah logika bisnis aplikasi atau menghapus fitur keamanan penting yang dirancang untuk melindungi data pengguna. Penyisipan kode berbahaya ini biasanya menggunakan teknik code injection dan metode swizzling yang mengubah perilaku fungsi aplikasi saat runtime.
Modifikasi jenis ini secara khusus menargetkan aset atau sumber daya aplikasi seperti gambar, teks, file konfigurasi, atau sumber daya lainnya. Penyerang dapat mengubah gambar-gambar seperti logo merek dengan logo palsu untuk tujuan penipuan, mengubah teks dalam aplikasi, hingga memunculkan pesan error untuk menipu pengguna. Jenis modifikasi ilegal ini dapat merusak pengalaman pengguna serta citra dan reputasi brand perusahaan.
Repackaging atau pengemasan ulang merupakan upaya penyerang untuk bisa mengambil aplikasi asli untuk dimodifikasi dan dikemas kembali sebagai aplikasi baru. Modifikasi yang dilakukan umumnya adalah melakukan perubahan tertentu atau menyisipkan kode berbahaya. Aplikasi yang telah dikemas ulang ini kemudian akan didistribusikan ke app store pihak ketiga yang tidak resmi atau situs web mencurigakan. Hal ini bertujuan untuk menjebak pengguna yang tidak waspada dan mengunduh aplikasi palsu tersebut karena mengira aplikasinya asli.
Untuk bisa mencegah serangan modifikasi ilegal ini, perusahaan perlu memahami bagaimana cara serangan ini bekerja secara umum. Pelaku serangan biasanya melakukan beberapa tahapan utama sebagai berikut:
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pelaku untuk bisa memodifikasi aplikasi adalah reverse engineering. Proses ini dilakukan dengan membongkar dan menganalisis kode aplikasi untuk bisa mengetahui arsitektur, business logic, serta cara kerja internalnya. Penyerang dapat membongkar kode aplikasi dengan alat-alat seperti disassembler dan decompiler yang dapat mengubah kode biner aplikasi ke format yang lebih mudah dibaca.
Setelah berhasil membongkar aplikasi, penyerang akan menganalisis kode aplikasi secara mendalam untuk menemukan celah keamanan. Kerentanan ini dapat berupa buffer overflow, SQL injection, atau algoritma enkripsi yang lemah. Celah keamanan ini adalah cara pelaku untuk bisa melakukan modifikasi ilegal pada aplikasi.
Penyerang kemudian akan mengeksploitasi celah keamanan untuk melakukan modifikasi dan mengakses data secara tidak sah. Modifikasi dapat berupa modifikasi data, kode, atau injeksi kode berbahaya.
Dalam beberapa kasus, aplikasi yang telah dimodifikasi secara ilegal akan dikemas lagi (repackaged) dan didistribusikan ke publik sebagai aplikasi atau file instalasi baru. Hal ini dilakukan untuk mengelabui pengguna yang tidak menyadari aplikasi tersebut palsu.
Perusahaan dapat melindungi aplikasi mobile dari ancaman modifikasi ilegal dengan pendekatan yang proaktif dan reaktif Berikut ini adalah beberapa strategi pencegahan serta strategi mendeteksi upaya app tampering:
Beberapa langkah pencegahan dapat diimplementasikan dengan teknik code obfuscation untuk mengubah kode aplikasi menjadi lebih rumit untuk reverse engineering, application shielding untuk melindungi dari debugging dan emulasi, serta menerapkan praktik coding yang aman sejak awal siklus pengembangan aplikasi. Pada tahap pengembangan, penetration testing juga dapat dilakukan untuk memastikan tidak ada celah keamanan yang luput dari tim developer.
Strategi pendeteksian atau reaktif juga penting untuk mengatasi upaya tampering yang dilakukan penyerang. Teknologi utama yang dapat digunakan untuk mendeteksi serangan ini adalah Runtime Application Self-Protection (RASP). RASP dapat memantau perilaku aplikasi dan mendeteksi aktivitas mencurigakan yang mengindikasikan adanya upaya modifikasi ilegal. Selain itu terdapat juga alat monitoring seperti Security Information and Event Management (SIEM) untuk mendeteksi pola serangan yang terlewat.
Modifikasi ilegal merupakan ancaman yang nyata bagi aplikasi dan keberlangsungan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan aplikasi mobile mereka memiliki lapisan keamanan yang tinggi dan tidak mudah dibobol dengan reverse engineering.
Oleh karena itu, lindungi aplikasi mobile Anda dengan solusi mobile app security komprehensif dari Phintraco Technology. Solusi keamanan aplikasi dari kami dirancang khusus untuk mencegah dan mendeteksi segala bentuk serangan, termasuk tampering. Teknologi anti tampering di solusi kami meliputi code obfuscation, RASP, serta deteksi root dan jailbreak yang memastikan aplikasi bisnis Anda terlindungi.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@phintraco.com sekarang!
Editor: Irnadia Fardila

Aplikasi kini digunakan untuk berbagai kegiatan sehari-hari baik oleh individu maupun bisnis, mulai dari transaksi keuangan, berkomunikasi, hingga pengelolaan operasional. Penggunaan perangkat seluler atau mobile kini juga mempermudah aplikasi untuk bisa digunakan oleh semua orang dan kalangan. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya penggunaan aplikasi mobile, terdapat juga risiko besar terkait keamanan yang mengintai. Berbagai ancaman siber seperti serangan peretasan, kebocoran data, hingga pelanggaran privasi kini menjadi tantangan nyata yang harus diantisipasi oleh setiap bisnis. Salah satu metode dan cara untuk mengatasinya adalah dengan mengimplementasikan RASP (Runtime Application Self-Protection).
RASP hadir sebagai solusi keamanan modern yang berbeda dari pendekatan keamanan tradisional yang lebih berfokus pada lapisan keamanan eksternal. Metode ini bekerja dengan memberikan lapisan keamanan dari dalam aplikasi itu sendiri dengan teknologi yang lebih adaptif. Sesuai dengan namanya, RASP< dapat merespons ancaman secara real time di lingkungan runtime aplikasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang RASP, perbedaannya dengan WAF, bagaimana cara kerjanya, serta apa saja manfaatnya untuk keamanan aplikasi. Simak artikel ini untuk informasi selengkapnya!
Runtime Application Self-Protection atau RASP adalah teknologi app security yang tertanam langsung di dalam aplikasi itu sendiri. Dengan mengimplementasikan RASP, security dari aplikasi dapat diperkuat secara aktif dari dalam untuk melindungi dari ancaman saat aplikasi sedang berjalan atau runtime.
Tidak hanya memantau lalu lintas jaringan dari luar, RASP juga dapat mengawasi setiap input, output, serta alur logika aplikasi dari dalam secara real time. Pendekatan dari dalam ini membuat RASP lebih unggul dalam memahami perilaku aplikasi dan konteks serangan yang terjadi.
Pemahaman terhadap perilaku aplikasi dan konteks serangan merupakan keunggulan utama dari RASP. Teknologi ini dapat mencegah dan mengantisipasi berbagai serangan seperti SQL injection, business logic flaws, hingga zero-day attack.
Sama halnya seperti RASP, WAF (Web Application Firewall) juga berfungsi untuk meningkatkan keamanan aplikasi. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan fundamental pada aspek pendekatan, fokus, serta cara kerjanya. Perbedaan ini penting untuk dipahami agar perusahaan bisa menentukan solusi yang paling tepat untuk keamanan aplikasi mereka.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Runtime Application Self-Protection bekerja langsung dari dalam aplikasi dan berfokus pada runtime behaviour serta konteks aplikasi. Pemantauan secara real time ini memberikan visibilitas yang lebih dalam karena fokus pada tingkat aplikasi dan dapat mendeteksi business logic flaws.
Sementara itu, WAF merupakan solusi keamanan perimeter yang bekerja di luar aplikasi web serta bertugas melindungi aplikasi dari serangan yang datang melalui jaringan. Teknologi ini lebih fokus pada lalu lintas HTTP dengan menyaring lalu lintas yang dianggap berbahaya dengan serangkaian rules atau signature. WAF dapat dengan efektif menangkal serangan umum yang datang melalui protokol HTTP seperti SQL injection atau Cross-Site Scripting (XSS).
Akan tetapi WAF kurang efektif dalam mendeteksi serangan yang terjadi di dalam aplikasi, seperti business logic flaws yang merupakan celah keamanan pada logika aplikasi itu sendiri. Selain itu, WAF juga kurang efektif dalam mendeteksi serangan yang berasal dari API (Application Programming Interface) atau zero-day attack yang belum memiliki signature yang terdeteksi atau dikenal.
Runtime Application Self-Protection bekerja dengan melibatkan rangkaian langkah teknis yang terkait dengan siklus hidup aplikasi. Berikut ini adalah penjelasan setiap langkah-langkahnya:
Langkah awal implementasi RASP adalah penanaman kode dalam aplikasi saat tahap development atau deployment. Teknologi ini diintegrasikan melalui agent atau library spesifik untuk bahasa pemrograman dan framework aplikasi yang digunakan.
Setelah tertanam di dalam aplikasi, teknologi ini akan melakukan pemantauan real time secara terus menerus terhadap berbagai aspek aplikasi. Pemantauan ini mencakup input dan output aplikasi, libraries dan framework, serta sistem operasi dan konfigurasi. Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi potensi kerentanan dan perilaku mencurigakan dari dalam aplikasi.
Pendeteksian ancaman secara real time dengan serangkaian rules dan algoritma analisis perilaku dapat membantu mengenali pola aktivitas menyimpang. Ancaman atau kerentanan ini dapat dideteksi bahkan jika serangan tersebut belum pernah dikenali sebelumnya atau tidak memiliki signature yang spesifik.
Ketika ada ancaman terdeteksi, RASP dapat mengambil tindakan otomatis secara real time untuk mencegah atau menanggulangi dampak serangan. Tindakan tersebut dapat berupa menghentikan session, memblokir permintaan yang berbahaya, mencatat detail serangan (logging), atau memberikan peringatan kepada administrator keamanan.
Implementasi Runtime Application Self-Protection sangat bermanfaat untuk keamanan aplikasi mobile, terutama dalam konteks ancaman yang semakin kompleks. Berikut ini adalah beberapa manfaat utamanya:
Teknologi ini dapat memberikan perlindungan real time untuk aplikasi secara aktif dan berkelanjutan. Mulai dari tahap deployment aplikasi, teknologi ini terus memantau dan melindungi aplikasi di latar belakang.
Pendekatan keamanan dari dalam membuat teknologi ini dapat melindungi aplikasi di mana pun saat aplikasi dipasang dan dijalankan. Hal ini krusial untuk aplikasi mobile yang dijalankan di jaringan yang kurang aman, seperti jaringan Wi-FI atau jaringan seluler yang rentan intersepsi.
Analisis perilaku aplikasi dari dalam dapat menghasilkan deteksi ancaman yang jauh lebih akurat dan efektif. Hal ini karena teknologi ini dapat mengidentifikasi aktivitas menyimpan bahkan jika serangan tersebut belum dikenal sehingga mengurangi kemungkinan false positives.
Dengan pendekatan keamanan dari dalam, teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan pada keamanan perimeter jaringan. Jika keamanan perimeter jaringan melemah atau ditembus penyerang, teknologi ini dapat tetap melindungi aplikasi.
Melindungi aplikasi dari berbagai kerentanan dan ancaman siber merupakan prioritas utama bagi para pelaku bisnis. Oleh karena itu, teknologi seperti Runtime Application Self-Protection merupakan salah satu dari serangkaian solusi keamanan aplikasi mobile yang perlu diimplementasikan.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure berpengalaman, dapat menyediakan solusi mobile app security yang komprehensif untuk seluruh kebutuhan keamanan aplikasi Anda. Tidak hanya implementasi RASP, kami juga menyediakan solusi keamanan aplikasi untuk menangkal intrusi, code tampering, reverse engineering, serta malware.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan aplikasi mobile dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Era digital yang berkembang pesat telah mengubah peran aplikasi mobile dari sekadar alat bantu menjadi alat esensial dalam operasional bisnis serta interaksi pelanggan. Sekarang aplikasi mobile merupakan representasi digital bagi setiap perusahaan yang bisa diakses langsung di perangkat pelanggan. Popularitas dan ketergantungan bisnis terhadap aplikasi mobile ini memiliki efek samping yang buruk, yaitu meningkatnya risiko keamanan siber. Berbagai ancaman siber seperti potensi kebocoran data pelanggan serta upaya reverse engineering dari kompetitor merupakan tantangan nyata yang harus diatasi. Salah satu solusi untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan code obfuscation.
Obfuscation code adalah bentuk perlindungan mendasar terhadap aplikasi mobile. Metode obfuscate code berfokus pada aspek paling dasar dalam aplikasi itu sendiri, yaitu kode pemrogramannya. Kode pemrograman sendiri merupakan salah satu target yang umum bagi para pelaku serangan siber untuk bisa mengeksploitasi kerentanan keamanan aplikasi mobile. Oleh karena itu, pemahaman akan metode ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan lapisan keamanan dalam aplikasi. Artikel ini akan membahas obfuscation code mulai dari definisinya, bagaimana cara kerjanya, apa saja teknik-tekniknya, serta manfaatnya untuk keamanan aplikasi. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Code obfuscation adalah sebuah teknik transformasi kode program yang dapat mengubah kode aplikasi menjadi bentuk yang jauh lebih kompleks dan sulit dipahami, tetapi tetap berfungsi sebagaimana mestinya bagi pengguna. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk membuat kode aplikasi menjadi sulit ditembus oleh pelaku kejahatan siber atau kompetitor yang ingin melakukan rekayasa balik (reverse engineering).
Meski terlihat sama, metode ini berbeda dengan enkripsi. Enkripsi merupakan proses penyembunyian data agar tidak dapat dibaca tanpa kunci enkripsi yang tepat, sementara obfuscation merupakan proses peningkatan kerumitan kode. Artinya, kode dalam proses obfuscation ini tidak disembunyikan sepenuhnya, tetapi hanya dirumitkan untuk menyulitkan upaya reverse engineering.
Cara ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis kode dalam pengembangan aplikasi, termasuk bytecode (kode yang dieksekusi sistem operasi mobile) serta kode sumber itu sendiri. Teknik ini sudah banyak digunakan untuk aplikasi yang dikembangkan dengan bahasa pemrograman Java, Kotlin (Android) atau Swift/Objective C (iOS) yang bytecode-nya relatif rentan direkayasa balik.
Proses obfuscation merupakan langkah sistematis yang dirancang untuk mengubah kode aplikasi menjadi sulit ditembus. Teknik ini menggunakan alat atau tools khusus yang disebut sebagai obfuscator. Obfuscator merupakan alat yang bekerja secara otomatis untuk menganalisis kode aplikasi dan menerapkan berbagai transformasi. Tingkat kerumitan atau obfuscation di sini dapat ditentukan sesuai yang diinginkan.
Proses ini akan berjalan melalui beberapa tahapan penting. Pertama-tama, obfuscator akan digunakan untuk menganalisis kode aplikasi secara mendalam. Tahap ini dilakukan untuk memahami struktur kode, alur kontrol, serta data yang digunakan agar transformasi yang diterapkan nantinya tidak merusak fungsi aplikasi.
Berikutnya, obfuscator akan menerapkan teknik-teknik transformasi kode. Teknik-teknik ini memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing. Hal ini dapat dipilih sesuai kebutuhan keamanan dan performa aplikasi. Obfuscation juga dapat disesuaikan, misalnya tingkat lebih tinggi untuk kode yang paling sensitif, lalu tingkat lebih rendah untuk kode yang kurang penting. Kemudian obfuscator akan menghasilkan kode aplikasi yang telah dimodifikasi yang secara fungsi identik dengan kode asli, tetapi secara struktur dan tampilan sangat berbeda.
Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, terdapat teknik-teknik obfuscation yang memiliki karakter dan fungsinya masing-masing dalam mengamankan kode aplikasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing teknik tersebut:
Teknik ini bekerja dengan mengganti nama-nama deskriptif seperti nama fitur atau nama brand dalam kode. Tujuan utama dari teknik ini adalah melindungi informasi sensitif terkait brand, fitur unggulan, serta arsitektur internal aplikasi dari pelaku serangan siber atau kompetitor.
Control flow merupakan aspek utama dalam reverse engineering, Oleh karena itu teknik obfuscation ini dilakukan khusus untuk mematahkan alur analisis tersebut. Teknik ini bekerja dengan cara menyisipkan percabangan logika yang tidak relevan, loop kompleks, serta kode-kode 'mati' yang tidak dieksekusi di aplikasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan jalan buntu ketika hacker berusaha melakukan reverse engineering lewat alur kontrol program.
Obfuscation untuk data aplikasi meliputi informasi sensitif seperti API keys, credential database, atau URL layanan eksternal. Teknik ini dilakukan dengan mengenkripsi string, konstanta, serta data sensitif lainnya dalam kode, sehingga meminimalkan risiko kebocoran data sensitif.
Layout obfuscation bekerja dengan menghilangkan komentar dan whitespace sehingga aplikasi akan lebih sulit dibaca dan dipahami secara manual. Hal ini dapat memperlambat proses analisis dan meningkatkan kompleksitas reverse engineering.
Instruction substitution diterapkan untuk melawan tools analisis kode otomatis yang biasa digunakan oleh penyerang. Teknik ini bekerja dengan mengganti instruksi kode standar dengan urutan instruksi yang lebih kompleks.
Code obfuscation dapat melindungi aplikasi sebagai aset bisnis dan keunggulan kompetitif jangka panjang. Selain itu, terdapat beberapa manfaat utama dari obfuscation yang bisa didapatkan oleh bisnis, yaitu:
Obfuscation dapat melindungi investasi besar perusahaan dalam pengembangan aplikasi mobile dengan mencegah kompetitor untuk meniru dan mencuri fitur unggulan lewat reverse engineering. Hal ini memastikan perusahaan mendapatkan ROI yang maksimal.
Fitur-fitur inovatif dan algoritma yang unik dalam aplikasi merupakan poin keunggulan yang menjadi pembeda di pasaran. Perusahaan dapat memastikan keunggulan kompetitif ini tetap terjaga dan tidak ditiru oleh kompetitor dengan obfuscation.
Metode keamanan ini juga dapat membantu perusahaan mengamankan informasi pribadi pelanggan. Komitmen terhadap keamanan data ini dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan atau brand.
Serangan siber yang berhasil menembus kode aplikasi mobile dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, mulai dari denda dan sanksi regulasi, biaya pemulihan sistem, hingga hilangnya pendapatan akibat hilangnya kepercayaan pelanggan. Metode ini dapat mencegah kerugian finansial tersebut.
Kode dan pemrograman aplikasi merupakan aspek dasar yang perlu dilindungi oleh perusahaan agar tidak dibobol oleh hacker atau kompetitor. Code obfuscation merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah serangan tersebut.
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure berpengalaman yang dapat menyediakan solusi mobile app security yang komprehensif. Solusi keamanan dari Phintraco Technology dapat meningkatkan pertahanan aplikasi dari serangan intrusi, code tampering, reverse engineering, serta berbagai jenis malware. Selain itu, solusi keamanan kami juga mendukung DevSecOps dengan mengintegrasikan alat CI/CD.
Untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan mobile app dari Phintraco Technology, hubungi email marketing@phintraco.com sekarang!
Editor: Irnadia Fardila

Aplikasi mobile kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kegiatan komunikasi, bekerja, berbelanja, dan berinteraksi kini telah menggunakan aplikasi mobile. Dari segi bisnis, banyak perusahaan di berbagai skala yang mulai mengandalkan aplikasi mobile untuk bisa menjangkau pelanggan, menciptakan inovasi, dan memasarkan produk. Di sisi lain, penggunaan aplikasi ini memiliki tantangan tersendiri yaitu bagaimana bisa menjaga keamanan aplikasi mobile (mobile app security) di tengah gempuran ancaman siber yang mengintai.
Keamanan aplikasi mobile kerap menjadi aspek sekunder setelah pengembangan fitur dan fungsionalitas aplikasi. Padahal keamanan dari ancaman siber merupakan pondasi krusial yang menentukan keberhasilan sebuah aplikasi. Tim developer tidak boleh mengabaikan keamanan aplikasi mobile karena dapat berisiko mendatangkan dampak buruk yang signifikan. Artikel ini akan membahas mobile app security dan berbagai aspek di dalamnya, mulai dari definisi dan lingkupnya, apa saja ancaman siber yang mengintainya, serta bagaimana tips untuk memperkuat keamanan aplikasi mobile. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Keamanan aplikasi mobile atau mobile application security adalah ilmu dan serangkaian praktik yang didedikasikan untuk melindungi aplikasi mobile dari berbagai ancaman siber dan kerentanan keamanan. Tujuan utama dari keamanan aplikasi mobile adalah untuk memastikan aplikasi tetap aman, bisa berfungsi dengan baik, serta melindungi data pengguna dari akses tidak sah, modifikasi, dan upaya perusakan.
Secara umum, keamanan aplikasi mobile dapat meliputi beberapa aspek, yaitu keamanan data, autentikasi dan otorisasi pengguna, keamanan kode aplikasi, keamanan jaringan, serta manajemen sesi dan akses. Semua aspek ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pengguna aplikasi mobile, menjaga aset digital perusahaan, serta mengamankan ekosistem aplikasi secara keseluruhan.
Alasan dan faktor mengapa keamanan mobile app itu penting terletak pada konsekuensi yang bisa muncul ketika keamanan tersebut tidak diterapkan atau kurang diterapkan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa faktor pendorongnya:
Aplikasi mobile dapat menyimpan dan memproses data sensitif milik pengguna. Oleh karena itu, jika aplikasi tidak aman, maka pelanggaran keamanan dapat mengakibatkan kebocoran data. Kebocoran data ini dapat berdampak pada pencurian identitas, kerugian finansial bagi pengguna atau perusahaan, hingga tuntutan hukum.
Ketika terjadi insiden keamanan atau kebocoran data dari aplikasi mobile, maka reputasi perusahaan atau brand dapat tercoreng dan rusak. Hal ini dapat menyebabkan menurun atau bahkan hilangnya kepercayaan pelanggan, mitra bisnis, serta investor. Kepercayaan tersebut sangat sulit untuk bisa dibangun kembali, atau membutuhkan waktu dan upaya yang besar.
Insiden pelanggaran keamanan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan untuk perusahaan. Biaya yang umumnya dikeluarkan antara lain adalah biaya pemulihan insiden, perbaikan sistem, kompensasi pada pengguna terdampak, denda dan sanksi, hingga hilangnya pendapatan akibat gangguan operasional.
Setiap negara memiliki regulasi dan peraturan yang ketat untuk mengatur perlindungan data pribadi pengguna, salah satunya pada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Kelalaian atau pelanggaran terhadap regulasi ini akan menyebabkan perusahaan dijatuhi sanksi atau denda hukum.
Secara umum, keamanan aplikasi yang terganggu dapat mengganggu operasional bisnis pula. Serangan siber yang dapat membuat aplikasi tidak berfungsi, layanan berhenti, atau data bocor dapat menghambat proses bisnis.
Dengan lingkup aplikasi mobile yang terus berkembang, makin variatif juga serangan atau ancaman yang dapat mengintai aplikasi. Berikut ini adalah beberapa yang paling umum ditemui:
Terdapat banyak jenis malware yang dapat disisipkan ke aplikasi mobile Android atau iOS, mulai dari virus, trojan, spyware, hingga ransomware. Berbagai jenis malware ini dapat masuk dari aplikasi palsu yang diunduh, link berbahaya lewat pesan atau email, serta kerentanan dalam sistem operasi yang belum diatasi. Malware tersebut dapat digunakan oleh penyerang untuk mencuri data, merusak sistem operasi, dan mengendalikan perangkat dari jauh.
Penyerang dapat mengeksploitasi kerentanan yang ada di arsitektur aplikasi mobile untuk mencuri data sensitif. Salah satunya adalah API yang tidak aman, data yang tidak terenkripsi, kerentanan dalam coding, hingga konfigurasi keamanan yang salah pada server backend atau infrastruktur cloud. Kebocoran data ini dapat merugikan perusahaan dan pengguna aplikasi.
Code tampering adalah upaya untuk memanipulasi kode aplikasi setelah dipasang di perangkat pengguna untuk mengubah perilaku aplikasi, menyisipkan kode berbahaya, atau menghapus fitur keamanan. Sementara itu, reverse engineering merupakan upaya untuk membongkar kode aplikasi untuk menemukan logika bisnis, algoritma, serta kerentanan keamanan yang ada di aplikasi.
Serangan phishing dan social engineering menargetkan kelemahan psikologis manusia untuk bisa mengeksploitasi aplikasi mobile. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat aplikasi palsu yang menyerupai tampilan dan fungsi aplikasi asli, mengirim pesan phishing atas nama perusahaan atau aplikasi resmi, atau menggunakan taktik psikologis untuk menipu pengguna agar memberikan informasi sensitif.
Terdapat berbagai cara untuk memperkuat mobile app security, best practices atau cara terbaik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah menerapkan prinsip pemrograman dan coding yang aman di setiap siklus pengembangan aplikasi. Hal ini penting untuk mencegah injection attacks, kesalahan penanganan, atau serangan cross-site scripting (XSS).
Audit dan penetration testing merupakan salah satu cara cek mobile app aman dari ancaman. Uji penetrasi dilakukan dengan mensimulasikan serangan asli dari ethical hacker untuk menguji efektivitas keamanan aplikasi.
Gunakan lapisan autentikasi dan otorisasi yang kuat seperti Multi-Factor Authentication (MFA) yang berupa kode OTP atau verifikasi biometrik. Terapkan juga sistem otorisasi seperti Role-Based Access Control (RBAC) untuk memastikan data dan fitur hanya dapat diakses oleh pengguna yang berwenang.
Pastikan data sensitif terenkripsi baik saat penyimpanan (at rest) atau saat transit (data in transit). Implementasi ini dapat menggunakan protokol enkripsi seperti HTTPS/TLS untuk semua komunikasi jaringan antara aplikasi dan server backend.
Di tengah semakin maraknya ancaman siber yang mengintai aplikasi mobile, perusahaan harus memprioritaskan keamanan aplikasi untuk memastikan keberlangsungan operasional bisnis. Oleh karena itu, Phintraco Technology dapat menjadi partner terpercaya yang menghadirkan solusi komprehensif untuk mobile app security Anda.
Solusi mobile app security app dari Phintraco Technology meliputi perlindungan dari intrusi, tampering, reverse engineering, dan malware. Selain itu, kami juga memberikan perlindungan terintegrasi dalam DevSecOps dengan tools CI/CD. Semua solusi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi Anda tanpa mengganggu frekuensi dan kecepatan proses development.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan aplikasi mobile dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Website dan aplikasi kini telah menjadi tulang punggung dari operasional bisnis serta interaksi dengan pelanggan. Di era digital yang sudah serba cepat, kelambatan atau ketidakbisaan mengakses layanan bisa menjadi dampak buruk yang signifikan bagi bisnis. Oleh karena itu, beban kerja website dan aplikasi perlu dikelola dengan baik agar layanan bisa terus tersedia dan responsif meskipun menghadapi lonjakan traffic yang tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan load balancing.
Mengelola dan menangani lonjakan traffic yang fluktuatif dan tidak terduga merupakan tantangan utama dalam mengelola infrastruktur online. Hal ini sering menyebabkan server mengalami overload sehingga website dan aplikasi menjadi lambat, atau bahkan down. Oleh karena itu, perlu strategi serta teknologi yang tepat untuk bisa mendistribusikan beban kerja web atau aplikasi ke beberapa server. Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan beban kerja di satu titik, sehingga kinerja dan performanya menjadi lebih optimal. Artikel ini akan membahas load balancing secara mendalam, mulai dari definisinya, cara kerjanya, jenis dan metodenya, serta manfaatnya untuk perusahaan. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Load balancing adalah teknik pendistribusian traffic jaringan atau aplikasi di antara beberapa server. Teknologi ini merupakan sistem yang mengarahkan traffic ke server yang berbeda secara merata, sehingga tidak ada satu server pun yang mendapatkan workload terlalu berat, serta kinerja jaringan tetap lancar.
Untuk bisa menjalankan tugas tersebut, teknologi ini melibatkan tiga komponen utama. Komponen pertama tentunya adalah server di mana aplikasi dan website dijalankan. Selain itu, ada load balancer yang berfungsi sebagai pengatur traffic yang menerima dan mendistribusikan semua permintaan dari client atau pengguna ke server-server tersebut. Komponen ketiga tentunya adalah client itu sendiri, yaitu pengguna yang mengakses website atau aplikasi melalui browser atau aplikasi.
Tujuan utama dari teknologi ini adalah meratakan workload di antara server-server tersebut, sehingga ketersediaan meningkat dan risiko downtime menurun.
Proses distribusi beban kerja server ini bekerja melalui alur dan beberapa tahapan. Tahapan pertama terjadi ketika seorang pengguna atau client mengakses website dan aplikasi. Client akan mengirimkan permintaan dari browser atau aplikasi, lalu permintaan ini akan diterima oleh load balancer. Load balancer akan berperan sebagai satu-satunya titik masuk untuk semua traffic yang ada di infrastruktur server.
Setelah itu, load balancer akan menggunakan algoritma tertentu yang telah dikonfigurasi untuk menentukan server backend mana yang tepat untuk menangani permintaan tersebut. Terdapat beberapa jenis algoritma yang dapat digunakan, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan dan jenis infrastrukturnya.
Kemudian, load balancer akan memilih server, dan mendistribusikan permintaan ke salah satu server tersebut. Hal ini untuk memastikan permintaan terdistribusi secara merata di server-server ini. Server backend tersebut kemudian akan memproses permintaan tersebut dan memberikan respons yang sesuai, seperti halaman website, data aplikasi, atau permintaan client lainnya.
Respons dari server backend ini tidak langsung dikirimkan ke client, tetapi dikembalikan ke load balancer, baru kemudian load balancer akan meneruskannya ke client. Proses ini terjadi sangat cepat dan otomatis sehingga tidak akan mempengaruhi waktu respons yang dialami oleh client.
Berdasarkan lapisan jaringan tempat operasinya, terdapat beberapa jenis pendistribusian workload dalam jaringan, yaitu:
Layer 4 bekerja pada lapisan jaringan dan fokus pada alamat IP dan port. Jenis ini hanya memeriksa informasi pada lapisan transport (layer 4) seperti protokol TCP atau UDP, alamat IP sumber dan tujuan, serta port sumber dan tujuan. Jenis ini cocok untuk aplikasi yang tidak terlalu kompleks dan menggunakan traffic yang didominasi protokol TCP/UDP, misalnya aplikasi game online atau streaming.
Layer 7 bekerja pada lapisan aplikasi. Selain memeriksa alamat IP dan port, jenis ini juga menganalisis konten aplikasi mulai dari header HTTP, cookies, URL, dan data aplikasi. Fleksibilitas yang lebih tinggi ini membuat layer 4 cocok digunakan untuk aplikasi web yang lebih kompleks, misalnya platform e-commerce.
GSLB merupakan jenis balancing yang paling kompleks dan didesain untuk mendistribusikan traffic secara global ke beberapa data center di lokasi geografis yang berbeda-beda. Implementasi GSLB ini umumnya digunakan oleh aplikasi dengan skala global, layanan cloud yang masif, serta perusahaan yang memerlukan ketersediaan dan ketahanan yang tinggi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, load balancer akan memilih algoritma atau metode khusus untuk mendistribusikan permintaan ke server backend. Berikut ini adalah beberapa jenis metode atau algoritma tersebut:
Metode Round Robin bekerja dengan mendistribusikan permintaan secara bergiliran ke setiap server secara urut sesuai dengan daftar. Jenis ini mudah diimplementasikan tetapi tidak mempertimbangkan kapasitas setiap server.
Algoritma jenis ini akan mengarahkan permintaan ke server yang memiliki koneksi aktif paling sedikit. Hal ini membuatnya lebih efisien dibandingkan Round Robin karena mempertimbangkan beban server, namun kurang optimal jika kapasitas server berbeda-beda.
Sama seperti Round Robin, tetapi setiap server diberikan bobot sesuai dengan kapasitasnya. Artinya, server dengan bobot yang lebih tinggi akan menerima lebih banyak permintaan.
Algoritma ini menentukan server berdasarkan alamat IP client. Permintaan dari alamat IP yang sama akan selalu diarahkan ke server yang sama. Meskipun distribusi traffic bisa jadi tidak merata, tapi algoritma ini menawarkan kekonsistenan atau session persistence.
Least response time mengarahkan permintaan ke server dengan waktu respons yang paling cepat saat itu. Metode ini dapat menghasilkan performa yang baik, namun membutuhkan monitoring kinerja server yang lebih kompleks.
Implementasi distribusi beban kerja server dapat memberikan kelebihan dan manfaat yang signifikan untuk perusahaan dari segi teknis dan bisnis. Berikut ini adalah contoh-contohnya:
Salah satu kelebihan load balancing adalah membuat kinerja web dan aplikasi jadi meningkat dan lebih responsif. Pengguna akan mengalami loading time yang lebih cepat. Hal ini terwujud karena beban kerja server yang terbagi rata dan tidak ada yang mengalami overload.
Server yang mengalami overload atau downtime dapat membuat layanan aplikasi dan web menjadi tidak tersedia. Oleh karena itu, pendistribusian beban kerja yang merata dapat meningkatkan ketersediaan dan keandalan layanan web dan aplikasi.
Pelanggan atau client yang menggunakan web atau aplikasi yang cepat, responsif, dan selalu tersedia akan lebih puas dan ingin kembali menggunakan layanan tersebut. Hal ini menciptakan pengalaman pengguna yang positif.
Lingkungan bisnis yang dinamis dan terus berkembang memerlukan infrastruktur yang fleksibel dan adaptif. Lonjakan traffic yang bisa tiba-tiba meningkat dapat diatasi dengan mudah oleh load balancer, sehingga perusahaan dapat beradaptasi dengan kebutuhan bisnis yang dinamis.
Infrastruktur jaringan yang andal dan selalu tersedia merupakan kunci utama dari keberhasilan bisnis dan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, teknologi load balancer dapat meningkatkan keandalan infrastruktur server Anda dalam mengatasi lonjakan traffic.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure & solutions yang berpengalaman, dapat menyediakan solusi server dan virtualisasi terbaik untuk bisnis Anda. Solusi server virtual yang memiliki skalabilitas tinggi dan mudah dikelola bisa membantu mengimplementasi load balancing secara efektif. Virtualisasi juga dapat mengurangi kompleksitas operasional dan biaya pemeliharaan.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi infrastruktur IT terbaik dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Data merupakan aset yang paling berharga bagi individu atau perusahaan di era digital saat ini. Kehilangan atau kerusakan data dapat membawa dampak negatif yang fatal, mulai dari potensi pemalsuan identitas, kerugian finansial, hingga terganggunya operasional bisnis. Oleh karena itu, sistem penyimpanan data yang berkapasitas besar, aman, dan andal merupakan kebutuhan utama bagi setiap perusahaan saat ini. Salah satu teknologi yang dapat menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan ini adalah redundant array of independent disks atau RAID.
RAID adalah teknologi penyimpanan yang menggabungkan beberapa hard drive menjadi satu unit penyimpanan yang logis. Dengan begitu, sistem ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan yang memiliki redundansi tinggi dan performa yang jauh lebih baik dibanding teknologi penyimpanan biasa. Artikel ini membahas teknologi RAID dan berbagai aspek di dalamnya, mulai dari definisinya, fungsinya, cara kerja dan cara membuatnya, level-level serta jenis controller yang ada. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
RAID atau redundant array of independent disks adalah sebuah teknologi penyimpanan data yang menggunakan beberapa hard drive secara bersamaan. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan performa serta redundansi. Setiap hard drive yang digunakan tidak diperlakukan seperti unit penyimpanan yang terpisah, tetapi digabung menjadi satu unit atau lebih. Kemudian sistem operasi akan melihat gabungan beberapa hard drive ini sebagai satu disk tunggal.
Konsep utama dari sistem ini adalah bagaimana data bisa terdistribusikan secara merata di beberapa disk. Hal ini disebut juga sebagai konsep striping, mirroring, atau parity. Pendekatan distribusi data ini dapat meningkatkan kecepatan baca tulis data, fault tolerance yang lebih tinggi ketika terjadi kerusakan pada salah satu hard drive, atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena itu, teknologi ini dapat menjadi solusi ideal untuk perusahaan yang memiliki aplikasi dengan kebutuhan kinerja tinggi dan ketersediaan data yang berkelanjutan.
Teknologi ini memiliki fungsi dan peran yang vital dalam sebuah lingkungan server, khususnya dalam memastikan ketersediaan dan integritas data. Secara garis besar, sistem ini memiliki fungsi terkait performa, redundansi data dan fault tolerance.
Berdasarkan segi performa, teknologi ini berfungsi untuk mempercepat proses baca tulis data. Hal ini dilakukan dengan cara mendistribusikan data tersebut ke beberapa disk secara paralel. Metode ini sangat cocok untuk aplikasi server yang menangani banyak permintaan akses data di saat yang bersamaan.
Dari segi redundansi data, sistem ini memiliki mekanisme khusus untuk melindungi data akibat kerusakan salah satu hard drive. Beberapa metode atau teknik yang dilakukan antara lain adalah mirrorring atau parity. Metode ini dapat merekonstruksi data meskipun satu atau lebih disk mengalami kerusakan.
Sementara itu, toleransi kesalahan juga merupakan fungsi penting untuk memastikan server dapat tetap beroperasi dan data terjamin keamanannya meski kondisi hardware mengalami kegagalan. Selain itu, sistem array disks ini juga berfungsi untuk mempermudah pengelolaan storage pada server. Penggabungan beberapa disk menjadi satu unit dapat mempermudah administrator untuk mengelola ruang penyimpanan secara lebih efisien dan fleksibel.
Cara kerja disk array berpusat pada teknik penggabungan dan pengelolaan beberapa hard drive dalam waktu yang bersamaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, terdapat beberapa metode yang umum digunakan dalam sistem ini, yaitu striping, mirroring, dan parity. Metode striping bekerja dengan cara memecahkan data menjadi blok-blok kecil yang disebut stripes. Kemudian stripes ini akan didistribusikan secara berurutan ke setiap disk dalam array. Hal inilah yang membuat performa dan kecepatan baca tulis data menjadi meningkat karena dapat diakses secara paralel dari beberapa disk.
Mirroring merupakan metode penciptaan salinan identik data pada dua atau lebih disk. Dengan begitu, jika salah satu disk mengalami kegagalan, data akan tetap aman karena salinannya tersedia di disk lain. Informasi terpisah ini dapat digunakan untuk merekonstruksi data yang rusak atau hilang di salah satu disk.
Parity melibatkan penggunaan algoritma matematika untuk menciptakan informasi redundansi. Informasi ini kemudian disimpan di disk terpisah dan digunakan untuk merekonstruksi data ketika terjadi kerusakan pada salah satu disk.
Cara membuat RAID umumnya membutuhkan controller berupa hardware dan software. Kedua jenis controller ini berfungsi untuk mengelola dan menjalankan fungsi array. Pembuatan array dilakukan melalui BIOS atau utility konfigurasi controller.
Dalam sistem RAID, level merupakan tingkatan pembeda yang menawarkan kombinasi performa, redundansi, dan kapasitas penyimpanan tertentu. Berikut ini adalah beberapa level array yang umum digunakan:
Level ini lebih fokus pada peningkatan performa dengan striping data di seluruh disk. Tingkatan 0 ini tidak memiliki redundansi, sehingga cocok untuk aplikasi yang butuh kecepatan tinggi tetapi tidak terlalu mengutamakan keamanan data.
Level 1 sudah menyediakan redundansi data dengan metode mirroring pada dua disk atau lebih. Tingkatan ini menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi tetapi efektivitas kapasitas penyimpanan hanya setengah dari total disk yang digunakan.
Pada level 5, metode striping dan parity digabungkan untuk menciptakan performa dan redundansi data yang baik. Level ini membutuhkan minimal tiga disk untuk bisa menawarkan toleransi kesalahan untuk satu disk.
Mirip seperti level 5, level 6 menggunakan dua informasi parity yang didistribusikan ke seluruh disk. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan fault tolerance menjadi dua disk.
Level 10 merupakan gabungan dari level 1 dan level 0. Pada level ini, metode mirroring dan striping digabungkan untuk memberikan performa tinggi dan redundansi data yang sangat baik. Untuk fault tolerance, level ini membutuhkan minimal empat disk.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, terdapat dua jenis controller untuk sistem ini, yaitu hardware dan software controller. Berikut ini adalah masing-masing penjelasannya:
Hardware controller adalah perangkat keras berbentuk chip atau card khusus untuk mengoperasikan disk array. Controller ini menggunakan prosesor dan memorinya sendiri untuk meringankan beban CPU sistem.
Software controller merupakan perangkat lunak yang menggunakan sumber daya CPU dan memori dari sistem untuk mengoperasikan fungsi array. Jenis controller ini lebih ekonomis karena tidak membutuhkan hardware tambahan, tetapi performanya biasanya lebih rendah dibandingkan hardware controller karena beban kerja yang lebih berat.
Ketersediaan dan integritas data merupakan prioritas utama bagi setiap perusahaan di era digital. Teknologi RAID merupakan salah satu solusi utama dalam teknologi penyimpanan yang dapat diimplementasikan.
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solution yang dapat membantu Anda mengimplementasikan solusi storage terbaik sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Kami dapat menyediakan berbagai solusi penyimpanan data, termasuk sistem disk array yang dapat meningkatkan performa dan redundansi data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com sekarang untuk informasi selengkapnya mengenai solusi storage dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Salah satu fenomena yang terjadi seiring dengan berkembangnya teknologi di era digital adalah pertumbuhan data yang eksponensial. Data yang semakin besar dan kompleks volumenya kini menumbuhkan kebutuhan akan solusi penyimpanan yang lebih andal dan terpusat bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Network attached storage (NAS) merupakan salah satu solusi atas tantangan tersebut. Solusi ini dapat membantu bisnis untuk mengelola data secara efisien melalui sebuah infrastruktur yang terpusat dan terpadu. Selain menyederhanakan akses data dari berbagai perangkat, NAS juga dapat meningkatkan keamanan dan mengurangi workload server.
Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis modern umumnya mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam aspek IT untuk solusi penyimpanan data. Oleh karena itu, NAS dapat menjadi pilihan yang strategis untuk bisa mendapatkan kapasitas besar, skalabilitas tinggi, serta akses kontrol yang terpusat. Teknologi ini dapat diimplementasikan untuk mendukung transformasi digital perusahaan dengan memfasilitasi kolaborasi tim secara real time, dan mendukung lingkungan kerja hybrid. Artikel ini akan membahas tentang NAS secara mendalam, mulai dari definisi, fungsi, cara kerja, kelebihan, serta perbedaannya dengan SAN. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Network attached storage adalah sebuah perangkat penyimpanan data berbasis jaringan yang terhubung ke perangkat-perangkat komputer melalui protokol seperti ethernet atau Wi-Fi. Tidak seperti perangkat penyimpanan lokal, NAS beroperasi sebagai penyimpanan file-level yang independen. Hal ini memungkinkan data diakses melalui jaringan, sehingga banyak pengguna dapat mengelola data di saat bersamaan secara real time.
Sebuah unit NAS umumnya terdiri dari komponen perangkat keras, sistem operasi khusus, serta interface jaringan. Perangkat keras dalam NAS merupakan hard drive dalam konfigurasi redundant arrays of independent disks (RAID) untuk redundansi data. Sistem operasi khusus digunakan untuk mengelola hak akses, backup, serta keamanan data. Interface berfungsi untuk memberikan konektivitas via protokol SMB/NFS/AFP.
Secara umum, terdapat empat aspek kritis dalam manajemen data modern yang menjadi fungsi utama dari NAS, yaitu sebagai penyimpanan yang terpusat, backup otomatis, pendukung kolaborasi tim, serta media streaming.
NAS berfungsi sebagai penyimpanan terpusat yang menyatukan data dari berbagai perangkat ke dalam satu lokasi fisik atau virtual. Hal ini akan membantu memudahkan pencarian dan pembaruan informasi. Fungsi backup dari NAS digunakan dengan cara mengatur jadwal duplikasi data ke drive eksternal atau cloud untuk mengurangi risiko kehilangan data penting.
Teknologi NAS juga berfungsi untuk memfasilitasi kolaborasi tim dalam bisnis. Konektivitas lewat ethernet atau Wi-Fi memungkinkan banyak pengguna untuk mengakses atau mengedit file secara bersamaan. Akses ini diberikan melalui permission berbasis role seperti admin, editor, atau viewer. NAS juga dapat mendukung distribusi konten multimedia ke smart TV, konsol game, atau perangkat IoT lainnya. Hal ini dilakukan melalui Digital Living Network Alliance (DLNA)/ Universal Plug n Play (UPnP). Beberapa NAS juga dapat mendukung instalasi aplikasi manajemen proyek atau konten seperti CMS (Content Management System). Hal ini cocok sebagai solusi hemat biaya untuk bisnis kecil hingga menengah.
Secara sederhana, NAS bekerja seperti hard drive eksternal yang terhubung langsung ke jaringan internet dan dapat diakses oleh banyak pengguna. Tahapan pertama dalam cara kerja NAS adalah konektivitas ke jaringan LAN melalui router atau switch agar terhubung ke komputer dan perangkat jaringan lainnya.
Setelah itu, komputer, laptop, smartphone, atau perangkat lain yang terhubung ke jaringan yang sama dapat mengakses data yang disimpan di NAS. Akses ini akan terlihat seperti mengakses folder biasa di perangkat masing-masing, tetapi file tersebut tersimpan di NAS.
Pembagian file dalam NAS diimplementasikan menggunakan protokol jaringan standar. Terdapat beberapa protokol yang digunakan tergantung dengan sistem operasinya seperti SMB/CIFS (untuk Windows), NFS (untuk Linux), dan AFP (untuk MacOS).
Selanjutnya, administrator dapat mengatur siapa saja yang boleh mengakses data, folder, atau file tertentu. Kontrol akses ini dapat diterapkan berdasarkan role dan wewenang dari masing-masing pengguna. Hal ini penting diterapkan untuk menjaga keamanan dan privasi data, serta mencegah kebocoran data atau akses tidak sah.
Network attached storage memiliki banyak manfaat bagi perusahaan yang menggunakannya. Berikut ini adalah manfaat-manfaat utama tersebut:
Teknologi NAS dapat memberikan efisiensi biaya yang signifikan, khususnya untuk bisnis kecil hingga menengah. Perusahaan dapat menyimpan data secara terpusat yang dapat diakses bersama tanpa perlu berinvestasi besar pada infrastruktur server yang kompleks.
NAS juga dapat menawarkan fitur-fitur keamanan data yang penting bagi perusahaan. Fitur-fitur seperti RAID dapat membantu melindungi data penting perusahaan dari kerusakan atau kehilangan akibat kerusakan hard drive. Selain itu, kontrol akses yang granular juga dapat membantu admin untuk membatasi siapa saja yang dapat mengakses file atau folder tertentu.
Penyimpanan melalui NAS dapat memudahkan pengelolaan data untuk orang-orang yang bukan ahli IT. Interface yang intuitif dapat membantu admin untuk mengkonfigurasi sistem, memantau kinerja, mengatur akun pengguna, dan mengelola izin akses dengan mudah. Fitur-fitur lain seperti manajemen file terpusat, data recovery, dan otomatisasi tugas juga membantu tim IT dari pekerjaan administratif yang memakan waktu.
Network attached storage (NAS) dan storage area network (SAN) merupakan solusi penyimpanan berbasis jaringan. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan utama pada aspek arsitektur, cara kerja, serta penggunaannya. Perbedaan utamanya terletak pada cara kedua solusi ini terhubung ke jaringan dan bagaimana data yang disimpan dapat diakses.
NAS merupakan file server yang dirancang untuk menyimpan dan berbagi file, lalu dihubungkan ke jaringan berbasis IP (internet atau LAN) melalui protokol jaringan standar seperti ethernet. Perangkat-perangkat yang terkoneksi ke jaringan yang sama kemudian dapat mengakses file dari NAS.
Sementara itu, SAN merupakan jaringan penyimpanan berkecepatan tinggi yang terpisah dan khusus untuk server. Untuk bisa terkoneksi, SAN menggunakan FC (fibre channel) atau iSCSI. Perangkat-perangkat dapat mengakse SAN melalui block-level access, artinya server seolah memiliki akses langsung ke hard drive SAN.
Manajemen penyimpanan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk bisa mengelola data dengan baik dan aman. Untuk itu, perusahaan memerlukan infrastruktur IT yang memadai dan mumpuni dari Phintraco Technology!
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solutions yang dapat memberikan solusi teknologi untuk storage, enterprise server, virtualisasi, hingga hyper converged infrastructure yang dapat membantu manajemen penyimpanan data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com sekarang untuk informasi selengkapnya mengenai infrastruktur IT dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan pertumbuhan data yang semakin kompleks menuntut setiap bisnis untuk memiliki sistem penyimpanan data yang andal dan adaptif dengan dinamika bisnis modern. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh bisnis adalah storage area network (SAN) yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan untuk menyimpan data dalam skala besar. Teknologi ini telah menjadi kunci utama bagi perusahaan yang mengelola database kompleks, aplikasi virtualisasi, serta sistem yang memerlukan redundansi tinggi.
SAN juga dapat menyediakan kapasitas penyimpanan masif serta kecepatan akses data yang kritikal bagi operasional bisnis, seperti transaksi finansial dan analitik big data. Solusi ini menawarkan arsitektur jaringan khusus yang memisahkan aliran data penyimpanan dan lalu lintas jaringan utama. Pemisahan ini membuat transfer data lebih cepat tanpa mengganggu kinerja jaringan bisnis sehari-hari. Semakin meningkatnya volume data bisnis yang harus diolah secara real time, maka SAN dapat menjadi investasi yang tepat untuk menjaga kelancaran operasional bisnis. Artikel ini akan membahas tentang apa itu SAN, apa perbedaan antara storage area network dan network attached storage, contoh-contoh serta kelebihan SAN. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
SAN atau storage area network adalah infrastruktur jaringan yang dapat menghubungkan lebih dari satu server ke perangkat penyimpanan yang terpusat melalui koneksi dengan kecepatan tinggi. Tidak seperti media penyimpanan tradisional pada umumnya, SAN menggunakan arsitektur block-level storage, yang artinya data diakses dalam bentuk blok-blok kecil seperti cara kerja hard disk internal.
Pendekatan semacam ini dapat memungkinkan server untuk mengelola penyimpanan seolah-olah sebagai bagian langsung dari sistem lokal, padahal secara fisik penyimpanan tersebut terletak di lokasi terpisah. Teknologi ini cocok untuk lingkungan yang membutuhkan kinerja tinggi, seperti sistem ERP, database transaksional, atau platform virtualisasi atau virtual machine (VM). Arsitektur SAN meliputi beberapa komponen seperti storage controllers, storage arrays, dan software manajemen terpusat untuk memantau kesehatan sistem, mengoptimalkan sumber daya, dan mengelola kebijakan backup data.
SAN dan NAS merupakan solusi penyimpanan yang berbasis jaringan, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, seperti arsitektur, protokol, serta contoh penggunaannya.
Secara umum, SAN dirancang untuk block-level access yang dibutuhkan untuk aplikasi kritikal seperti database atau sistem klasterisasi server. Server akan mengakses blok penyimpanan secara langsung seperti menggunakan disk lokal, yang memungkinkan prosesnya dijalankan dengan kecepatan tinggi. Sementara itu, NAS menyediakan akses level file melalui protokol seperti server message block (SMB) atau network file system (NFS). Hal ini lebih cocok untuk berbagi dokumen, file sharing, atau penyimpanan cadangan dalam skala kecil hingga menengah.
Secara infrastruktur fisik, SAN memerlukan jaringan terpisah menggunakan kabel serat optik atau iSCSI khusus, serta switch dan HBA yang dioptimalkan. Sementara NAS memanfaatkan jaringan LAN/WAN yang telah ada, sehingga dapat lebih mudah diimplementasikan tetapi lebih rentan terhadap kemacetan jaringan jika beban kerja (workload) terlalu berat.
Berdasarkan kinerjanya, SAN mampu mencapai kecepatan transfer 10 hingga 100 kali lebih tinggi dibanding NAS. Hal ini bisa terjadi karena latensi yang lebih rendah, umumnya di bawah 1 milidetik dan bandwidth yang lebih besar. SAN juga dapat mendukung konfigurasi redundansi yang menggunakan beberapa jalur jaringan paralel. Hal ini berfungsi untuk memastikan ketersediaan data jika salah satu jalur mengalami gangguan. Di sisi lain, NAS juga memiliki fitur redundansi seperti RAID, tetapi tidak dirancang untuk high availability dalam tingkat enterprise.
Terdapat beberapa contoh implementasi SAN berdasarkan protokol, teknologi, dan kebutuhan bisnis. Berikut ini adalah beberapa contoh yang umum digunakan:
Jenis fibre channel merupakan jenis yang paling umum digunakan. SAN jenis ini menggunakan jaringan FC khusus yang dioptimalkan untuk throughput tinggi yang dapat mencapai 400 Gbps dan latensi sekecil microsecond. Umumnya digunakan untuk aplikasi yang memiliki sistem transaksi perbankan yang memproses permintaan dalam jumlah besar tiap detiknya, hyperscale data center, atau lingkungan high performance computing (HPC).
iSCSI merupakan alternatif SAN yang lebih ekonomis karena menggunakan jaringan ethernet standar yang dienkapsulasi protokol SCSI. Jenis ini cocok untuk perusahaan level menengah yang membutuhkan skalabilitas tempat perlu mengeluarkan investasi besar di infrastruktur FC untuk virtualisasi.
FCoE merupakan penggabungan antara fibre channel dan ethernet. Solusi ini cocok untuk jaringan konvergen yang menyatukan lalu lintas data dan penyimpanan. Jenis ini dapat menggabungkan kecepatan yang dimiliki oleh FC dengan fleksibilitas yang dimiliki ethernet.
Solusi hyper-converged infrastructure merupakan integrasi SAN virtual ke dalam satu platform terpadu. Hal ini memungkinkan manajemen penyimpanan melalui perangkat lunak khusus (software-defined storage). Berbagai aspek mulai dari penyimpanan, server, sekaligus virtualisasi terintegrasi ke dalam satu platform.
Implementasi storage area network dapat membawa banyak manfaat dalam infrastruktur data dan penyimpanan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa manfaat tersebut:
SAN dapat memberikan performa dan kinerja yang tinggi dengan kecepatan transfer data menggunakan protokol FC atau iSCSI. Selain itu, SAN juga didukung oleh jaringan khusus yang mengurangi latensi secara signifikan.
Infrastruktur SAN dirancang secara modular, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menambah kapasitas penyimpanan, server, atau bandwidth tanpa mengganggu operasi yang sedang berjalan. Perusahaan dapat menyesuaikan skala infrastruktur sesuai dengan pertumbuhan data dan kebutuhan bisnis yang dinamis.
SAN dapat menjamin ketersediaan data melalui sistem redundansi multipathing, replikasi data, serta teknologi RAID. Hal ini dapat mendukung proses recovery jika terjadi kegagalan perangkat.
Administrator sistem dapat mengelola seluruh sumber daya penyimpanan melalui konsol terpusat. Hal ini dapat menyederhanakan alokasi ruang, pemantauan kondisi sistem, backup, serta pembaruan firmware.
Untuk bisa menghadapi tantangan transformasi digital, perusahaan perlu meningkatkan infrastruktur IT, salah satunya dalam hal penyimpanan. Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solutions yang dapat memberikan solusi teknologi untuk storage, enterprise server, virtualisasi, hingga hyper converged infrastructure yang dapat membantu manajemen penyimpanan data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai infrastruktur IT dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Kebutuhan akan penyimpanan data yang fleksibel dan memiliki skalabilitas tinggi untuk bisnis kini semakin meningkat. Kompleksitas dan volume data yang diproduksi semakin meningkat dalam skala besar, khususnya untuk sebuah perusahaan. Oleh karena itu, solusi penyimpanan yang tepat merupakan kunci untuk memanfaatkan aset berharga perusahaan ini. Salah satu metode penyimpanan modern yang bisa menjadi solusi adalah object storage atau penyimpanan objek.
Jenis storage ini merupakan pendekatan penyimpanan dan pengelolaan data yang sedikit berbeda dengan metode penyimpanan tradisional yang sudah biasa dikenal. Metode ini juga dapat digunakan di berbagai kebutuhan dan skenario tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Artikel ini akan membahas object storage dan aspek-aspek penting di dalamnya, mulai dari definisinya, bagaimana cara kerjanya, apa perbedaan object storage vs block storage, hingga keunggulan-keunggulan yang ditawarkan. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Object storage adalah sebuah arsitektur penyimpanan data komputer yang dirancang khusus untuk menyimpan data tidak terstruktur dalam jumlah besar. Berbeda dengan jenis arsitektur penyimpanan lain, arsitektur ini memperlakukan data sebagai unit-unit yang berbeda, digabung dengan metadata dan unique identifier. Kedua hal ini digunakan untuk menemukan dan mengakses setiap unit data tersebut.
Fokus utama dari penyimpanan ini adalah menyimpan data sebagai unit yang disebut 'object' dan bukan sebagai file dalam sistem folder atau blok data. Data atau objek dapat diakses melalui unique identifier tersebut, bukan melalui path file atau alamat blok fisik. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menciptakan metode penyimpanan data tidak terstruktur yang hemat biaya, memiliki ketahanan, serta skalabilitas tinggi, khususnya untuk data skala besar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk bisa menyimpan dan mengelola data tidak terstruktur yang terus bertambah secara eksponensial secara lebih efisien.
Sistem penyimpanan objek bekerja melalui rangkaian proses yang terstruktur dalam penyimpanan dan pengambilan data. Berikut ini adalah rincian prosesnya:
Pertama-tama data yang ada akan dienkapsulasi menjadi sebuah objek. Proses ini bertujuan untuk membungkus data ke format objek yang dikenali oleh sistem object storage tersebut. Selanjutnya, metadata akan dimasukkan ke dalam objek. Metadata ini dibuat secara otomatis atau didefinisikan sendiri oleh pengguna.
Sistem storage kemudian akan memberikan ID unik untuk objek tersebut. Objek dengan ID unik dan metadata kemudian disimpan di penyimpanan flat structure sehingga tidak perlu lagi dinavigasi melalui hierarki folder yang kompleks.
Dalam proses akses atau pengambilan, pengguna atau aplikasi akan mengirimkan permintaan ke sistem dengan ID unik objek yang ingin diakses. Lalu sistem storage akan menggunakan ID tersebut untuk menemukan lokasi objek dalam penyimpanan.
Proses ini terjadi secara cepat dan efisien meski dalam skala yang besar. Setelah objek ditemukan, sistem akan mengirimkan objek (beserta data dan metadata-nya) kepada aplikasi atau pengguna yang mengirimkan permintaan. Permintaan umumnya dilakukan melalui jaringan internet dan protokol standar seperti HTTP/HTTPS. Hal ini membuat objek dapat diakses dari mana saja asal memiliki koneksi internet.
Sistem storage ini memiliki fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sistem ini telah digunakan untuk berbagai kasus penggunaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan yang umum dilakukan:
Storage objek cocok digunakan sebagai backup dan recovery data karena kapabilitasnya untuk menyimpan data dalam jumlah besar dari berbagai sumber. Selain itu, durabilitas sistem ini juga dapat memastikan data yang di-backup tetap aman dan dapat dipulihkan ketika terjadi insiden atau bencana. Biaya penyimpanan backup jangka panjang ini juga lebih ekonomis dibandingkan solusi penyimpanan tradisional.
Data-data yang jarang diakses namun perlu disimpan untuk jangka panjang dapat diarsipkan menggunakan sistem storage ini. Umumnya pengarsipan ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kepatuhan regulasi atau analisis historis kebutuhan bisnis. Kapasitas volume data yang besar dan sistem yang aman membuat sistem ini dapat menjadi solusi yang cocok.
Banyak website dan aplikasi multimedia yang menggunakan sistem storage ini untuk meng-hosting konten web dan media, seperti gambar, video, file audio, atau file statis lainnya. Sistem ini dapat menangani lonjakan traffic yang eksponensial tanpa mengkhawatirkan kapasitas penyimpanan. Pengaksesan lewat internet juga dapat memudahkan pengiriman konten web secara efisien di pengguna di berbagai tempat.
Object storage juga digunakan sebagai pondasi utama bagi aplikasi cloud native. Aplikasi modern yang dikembangkan di cloud akan memerlukan data dalam jumlah besar dan tidak terstruktur. Hal ini sangat cocok dengan sistem storage objek dengan skalabilitas dan fleksibilitasnya mengelola dan menyimpan data.
Storage objek merupakan salah satu dari beberapa metode storage lainnya, yaitu block storage dan file storage. Terdapat perbedaan mendasar yang membedakan ketiganya. Penyimpanan objek menyimpan data sebagai unit objek yang berisikan metadata dan ID unik. Kemudian ID unik tersebut akan dijadikan cara untuk mengakses data tersebut. Metode ini cocok digunakan untuk data tidak terstruktur.
Sementara block storage mengelola data ke dalam blok-blok berukuran tetap yang disimpan secara terpisah. Untuk bisa mengakses data, diperlukan alamat blok fisik. Jenis ini memiliki performa yang sangat tinggi dan latensi yang rendah. Hal ini cocok untuk database atau sistem operasi.
File storage mengelola data dalam bentuk file dalam folder hierarkis. Akses data dilakukan melalui path file. Metode ini memiliki akses yang lebih mudah dan cara organisasi data yang lebih familiar, sehingga cocok digunakan untuk file sharing, NAS (Network Attached Storage), dan file server.
Storage objek memiliki banyak manfaat yang signifikan sebagai solusi penyimpanan untuk kebutuhan bisnis modern. Berikut ini adalah beberapa kelebihan tersebut:
Keunggulan utama dari sistem ini adalah skalabilitasnya yang tinggi sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan data yang besar. Perusahaan dapat menambah kapasitas penyimpanan tanpa melakukan perubahan arsitektur.
Sistem penyimpanan ini dapat melindungi data dengan mekanisme redundansi dan keamanan data lainnya. Replikasi data dapat memastikan data tetap tersedia jika terjadi kegagalan hardware atau bencana.
Jika dibandingkan dengan solusi penyimpanan tradisional, storage objek memiliki biaya yang lebih efektif, khususnya untuk penyimpanan data dalam skala besar.
Akses yang mudah lewat internet menggunakan protokol HTTP/HTTPS merupakan salah satu keunggulan dari sistem ini. Hal ini memungkinkan distribusi dan akses konten global secara efisien.
Sistem ini juga memungkinkan pengguna untuk menambahkan metadata secara ekstensif ke setiap objek. Metadata ini digunakan untuk mengelola data dengan lebih mudah dan memungkinkan pengelolaan siklus hidup data yang lebih efektif.
Memiliki infrastruktur penyimpanan yang tepat merupakan salah satu kunci utama menjaga kelangsungan bisnis. Object storage dapat menjadi solusi terbaik bagi bisnis Anda dengan skalabilitas dan fleksibilitas yang tinggi.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure berpengalaman, dapat menyediakan storage solutions terbaik untuk bisnis Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi storage dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Kegiatan operasional dan interaksi pelanggan di banyak perusahaan saat ini telah bergantung sebagian besar pada aplikasi mobile. Aplikasi dapat menjadi alat untuk memfasilitasi transaksi, meningkatkan engagement pelanggan, hingga mengoptimalkan efisiensi di internal. Akan tetapi, ketergantungan pada aplikasi mobile juga memiliki risiko yang tinggi, khususnya pada risiko keamanan yang terus mengintai aplikasi. Salah satu jenis serangan yang sering terjadi pada aplikasi mobile adalah tampering. Praktik yang berbahaya ini dapat mengancam keberlangsungan bisnis Anda.
Code tampering atau modifikasi kode dalam aplikasi merupakan upaya yang terencana dan ilegal dengan tujuan jahat. Tindakan ini dapat berujung pada kebocoran data sensitif pelanggan, layanan aplikasi terganggu, hingga kerugian finansial. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami esensi dari ancaman ini. Artikel ini akan membahas apa itu tampering, apa saja jenis-jenisnya, bagaimana cara kerjanya, apa yang harus dilakukan ketika terjadi app tampering detected, serta bagaimana mengimplementasikan anti tampering.
Tampering adalah tindakan memodifikasi kode, sumber daya, atau data aplikasi mobile secara tidak sah setelah aplikasi dirilis dan didistribusikan. Modifikasi terhadap berbagai aspek aplikasi ini dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tujuan utama dari tindakan ini umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi secara ilegal, mencuri data sensitif, menyisipkan perangkat lunak berbahaya, hingga merusak reputasi bisnis.
Terdapat beberapa motivasi lain dari pelaku serangan ini. Beberapa penyerang bertujuan untuk mencuri data-data sensitif pengguna aplikasi, mulai dari informasi pribadi, detail finansial, hingga data transaksi bisnis. Selain data, ada juga penyerang yang berfokus pada menyisipkan malware ke dalam aplikasi untuk penghasilan ilegal dari iklan yang tidak diinginkan. Ada juga penyerang yang mencoba memodifikasi aplikasi untuk mendapatkan akses ke fitur premium atau data tertentu secara ilegal. Kompetitor juga dapat melakukan serangan ini untuk mengganggu kelancaran operasional dan merusak reputasi bisnis.
Potensi kerugian dan dampak yang besar ini membuat implementasi pencegahan modifikasi aplikasi ini sangat penting. Perusahaan perlu memahami dan menyiapkan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dari serangan ini.
Serangan modifikasi aplikasi secara ilegal ini memiliki banyak bentuk dan jenis. Pemahaman tentang berbagai jenis modifikasi ilegal ini dapat membantu perusahaan untuk bisa merancang strategi keamanan yang lebih terarah. Berikut ini adalah beberapa jenis dan penjelasannya:
Jenis modifikasi ini menargetkan langsung pada kode sumber dari aplikasi yang diserang. Hal ini dilakukan oleh pelaku dengan menyisipkan kode berbahaya atau backdoor yang memungkinkan mereka mendapatkan akses tanpa izin. Selain itu, penyerang juga dapat mengubah logika bisnis aplikasi atau menghapus fitur keamanan penting yang dirancang untuk melindungi data pengguna. Penyisipan kode berbahaya ini biasanya menggunakan teknik code injection dan metode swizzling yang mengubah perilaku fungsi aplikasi saat runtime.
Modifikasi jenis ini secara khusus menargetkan aset atau sumber daya aplikasi seperti gambar, teks, file konfigurasi, atau sumber daya lainnya. Penyerang dapat mengubah gambar-gambar seperti logo merek dengan logo palsu untuk tujuan penipuan, mengubah teks dalam aplikasi, hingga memunculkan pesan error untuk menipu pengguna. Jenis modifikasi ilegal ini dapat merusak pengalaman pengguna serta citra dan reputasi brand perusahaan.
Repackaging atau pengemasan ulang merupakan upaya penyerang untuk bisa mengambil aplikasi asli untuk dimodifikasi dan dikemas kembali sebagai aplikasi baru. Modifikasi yang dilakukan umumnya adalah melakukan perubahan tertentu atau menyisipkan kode berbahaya. Aplikasi yang telah dikemas ulang ini kemudian akan didistribusikan ke app store pihak ketiga yang tidak resmi atau situs web mencurigakan. Hal ini bertujuan untuk menjebak pengguna yang tidak waspada dan mengunduh aplikasi palsu tersebut karena mengira aplikasinya asli.
Untuk bisa mencegah serangan modifikasi ilegal ini, perusahaan perlu memahami bagaimana cara serangan ini bekerja secara umum. Pelaku serangan biasanya melakukan beberapa tahapan utama sebagai berikut:
Langkah awal yang harus dilakukan oleh pelaku untuk bisa memodifikasi aplikasi adalah reverse engineering. Proses ini dilakukan dengan membongkar dan menganalisis kode aplikasi untuk bisa mengetahui arsitektur, business logic, serta cara kerja internalnya. Penyerang dapat membongkar kode aplikasi dengan alat-alat seperti disassembler dan decompiler yang dapat mengubah kode biner aplikasi ke format yang lebih mudah dibaca.
Setelah berhasil membongkar aplikasi, penyerang akan menganalisis kode aplikasi secara mendalam untuk menemukan celah keamanan. Kerentanan ini dapat berupa buffer overflow, SQL injection, atau algoritma enkripsi yang lemah. Celah keamanan ini adalah cara pelaku untuk bisa melakukan modifikasi ilegal pada aplikasi.
Penyerang kemudian akan mengeksploitasi celah keamanan untuk melakukan modifikasi dan mengakses data secara tidak sah. Modifikasi dapat berupa modifikasi data, kode, atau injeksi kode berbahaya.
Dalam beberapa kasus, aplikasi yang telah dimodifikasi secara ilegal akan dikemas lagi (repackaged) dan didistribusikan ke publik sebagai aplikasi atau file instalasi baru. Hal ini dilakukan untuk mengelabui pengguna yang tidak menyadari aplikasi tersebut palsu.
Perusahaan dapat melindungi aplikasi mobile dari ancaman modifikasi ilegal dengan pendekatan yang proaktif dan reaktif Berikut ini adalah beberapa strategi pencegahan serta strategi mendeteksi upaya app tampering:
Beberapa langkah pencegahan dapat diimplementasikan dengan teknik code obfuscation untuk mengubah kode aplikasi menjadi lebih rumit untuk reverse engineering, application shielding untuk melindungi dari debugging dan emulasi, serta menerapkan praktik coding yang aman sejak awal siklus pengembangan aplikasi. Pada tahap pengembangan, penetration testing juga dapat dilakukan untuk memastikan tidak ada celah keamanan yang luput dari tim developer.
Strategi pendeteksian atau reaktif juga penting untuk mengatasi upaya tampering yang dilakukan penyerang. Teknologi utama yang dapat digunakan untuk mendeteksi serangan ini adalah Runtime Application Self-Protection (RASP). RASP dapat memantau perilaku aplikasi dan mendeteksi aktivitas mencurigakan yang mengindikasikan adanya upaya modifikasi ilegal. Selain itu terdapat juga alat monitoring seperti Security Information and Event Management (SIEM) untuk mendeteksi pola serangan yang terlewat.
Modifikasi ilegal merupakan ancaman yang nyata bagi aplikasi dan keberlangsungan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan aplikasi mobile mereka memiliki lapisan keamanan yang tinggi dan tidak mudah dibobol dengan reverse engineering.
Oleh karena itu, lindungi aplikasi mobile Anda dengan solusi mobile app security komprehensif dari Phintraco Technology. Solusi keamanan aplikasi dari kami dirancang khusus untuk mencegah dan mendeteksi segala bentuk serangan, termasuk tampering. Teknologi anti tampering di solusi kami meliputi code obfuscation, RASP, serta deteksi root dan jailbreak yang memastikan aplikasi bisnis Anda terlindungi.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@phintraco.com sekarang!
Editor: Irnadia Fardila

Aplikasi kini digunakan untuk berbagai kegiatan sehari-hari baik oleh individu maupun bisnis, mulai dari transaksi keuangan, berkomunikasi, hingga pengelolaan operasional. Penggunaan perangkat seluler atau mobile kini juga mempermudah aplikasi untuk bisa digunakan oleh semua orang dan kalangan. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya penggunaan aplikasi mobile, terdapat juga risiko besar terkait keamanan yang mengintai. Berbagai ancaman siber seperti serangan peretasan, kebocoran data, hingga pelanggaran privasi kini menjadi tantangan nyata yang harus diantisipasi oleh setiap bisnis. Salah satu metode dan cara untuk mengatasinya adalah dengan mengimplementasikan RASP (Runtime Application Self-Protection).
RASP hadir sebagai solusi keamanan modern yang berbeda dari pendekatan keamanan tradisional yang lebih berfokus pada lapisan keamanan eksternal. Metode ini bekerja dengan memberikan lapisan keamanan dari dalam aplikasi itu sendiri dengan teknologi yang lebih adaptif. Sesuai dengan namanya, RASP< dapat merespons ancaman secara real time di lingkungan runtime aplikasi. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang RASP, perbedaannya dengan WAF, bagaimana cara kerjanya, serta apa saja manfaatnya untuk keamanan aplikasi. Simak artikel ini untuk informasi selengkapnya!
Runtime Application Self-Protection atau RASP adalah teknologi app security yang tertanam langsung di dalam aplikasi itu sendiri. Dengan mengimplementasikan RASP, security dari aplikasi dapat diperkuat secara aktif dari dalam untuk melindungi dari ancaman saat aplikasi sedang berjalan atau runtime.
Tidak hanya memantau lalu lintas jaringan dari luar, RASP juga dapat mengawasi setiap input, output, serta alur logika aplikasi dari dalam secara real time. Pendekatan dari dalam ini membuat RASP lebih unggul dalam memahami perilaku aplikasi dan konteks serangan yang terjadi.
Pemahaman terhadap perilaku aplikasi dan konteks serangan merupakan keunggulan utama dari RASP. Teknologi ini dapat mencegah dan mengantisipasi berbagai serangan seperti SQL injection, business logic flaws, hingga zero-day attack.
Sama halnya seperti RASP, WAF (Web Application Firewall) juga berfungsi untuk meningkatkan keamanan aplikasi. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan fundamental pada aspek pendekatan, fokus, serta cara kerjanya. Perbedaan ini penting untuk dipahami agar perusahaan bisa menentukan solusi yang paling tepat untuk keamanan aplikasi mereka.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Runtime Application Self-Protection bekerja langsung dari dalam aplikasi dan berfokus pada runtime behaviour serta konteks aplikasi. Pemantauan secara real time ini memberikan visibilitas yang lebih dalam karena fokus pada tingkat aplikasi dan dapat mendeteksi business logic flaws.
Sementara itu, WAF merupakan solusi keamanan perimeter yang bekerja di luar aplikasi web serta bertugas melindungi aplikasi dari serangan yang datang melalui jaringan. Teknologi ini lebih fokus pada lalu lintas HTTP dengan menyaring lalu lintas yang dianggap berbahaya dengan serangkaian rules atau signature. WAF dapat dengan efektif menangkal serangan umum yang datang melalui protokol HTTP seperti SQL injection atau Cross-Site Scripting (XSS).
Akan tetapi WAF kurang efektif dalam mendeteksi serangan yang terjadi di dalam aplikasi, seperti business logic flaws yang merupakan celah keamanan pada logika aplikasi itu sendiri. Selain itu, WAF juga kurang efektif dalam mendeteksi serangan yang berasal dari API (Application Programming Interface) atau zero-day attack yang belum memiliki signature yang terdeteksi atau dikenal.
Runtime Application Self-Protection bekerja dengan melibatkan rangkaian langkah teknis yang terkait dengan siklus hidup aplikasi. Berikut ini adalah penjelasan setiap langkah-langkahnya:
Langkah awal implementasi RASP adalah penanaman kode dalam aplikasi saat tahap development atau deployment. Teknologi ini diintegrasikan melalui agent atau library spesifik untuk bahasa pemrograman dan framework aplikasi yang digunakan.
Setelah tertanam di dalam aplikasi, teknologi ini akan melakukan pemantauan real time secara terus menerus terhadap berbagai aspek aplikasi. Pemantauan ini mencakup input dan output aplikasi, libraries dan framework, serta sistem operasi dan konfigurasi. Pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi potensi kerentanan dan perilaku mencurigakan dari dalam aplikasi.
Pendeteksian ancaman secara real time dengan serangkaian rules dan algoritma analisis perilaku dapat membantu mengenali pola aktivitas menyimpang. Ancaman atau kerentanan ini dapat dideteksi bahkan jika serangan tersebut belum pernah dikenali sebelumnya atau tidak memiliki signature yang spesifik.
Ketika ada ancaman terdeteksi, RASP dapat mengambil tindakan otomatis secara real time untuk mencegah atau menanggulangi dampak serangan. Tindakan tersebut dapat berupa menghentikan session, memblokir permintaan yang berbahaya, mencatat detail serangan (logging), atau memberikan peringatan kepada administrator keamanan.
Implementasi Runtime Application Self-Protection sangat bermanfaat untuk keamanan aplikasi mobile, terutama dalam konteks ancaman yang semakin kompleks. Berikut ini adalah beberapa manfaat utamanya:
Teknologi ini dapat memberikan perlindungan real time untuk aplikasi secara aktif dan berkelanjutan. Mulai dari tahap deployment aplikasi, teknologi ini terus memantau dan melindungi aplikasi di latar belakang.
Pendekatan keamanan dari dalam membuat teknologi ini dapat melindungi aplikasi di mana pun saat aplikasi dipasang dan dijalankan. Hal ini krusial untuk aplikasi mobile yang dijalankan di jaringan yang kurang aman, seperti jaringan Wi-FI atau jaringan seluler yang rentan intersepsi.
Analisis perilaku aplikasi dari dalam dapat menghasilkan deteksi ancaman yang jauh lebih akurat dan efektif. Hal ini karena teknologi ini dapat mengidentifikasi aktivitas menyimpan bahkan jika serangan tersebut belum dikenal sehingga mengurangi kemungkinan false positives.
Dengan pendekatan keamanan dari dalam, teknologi ini dapat mengurangi ketergantungan pada keamanan perimeter jaringan. Jika keamanan perimeter jaringan melemah atau ditembus penyerang, teknologi ini dapat tetap melindungi aplikasi.
Melindungi aplikasi dari berbagai kerentanan dan ancaman siber merupakan prioritas utama bagi para pelaku bisnis. Oleh karena itu, teknologi seperti Runtime Application Self-Protection merupakan salah satu dari serangkaian solusi keamanan aplikasi mobile yang perlu diimplementasikan.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure berpengalaman, dapat menyediakan solusi mobile app security yang komprehensif untuk seluruh kebutuhan keamanan aplikasi Anda. Tidak hanya implementasi RASP, kami juga menyediakan solusi keamanan aplikasi untuk menangkal intrusi, code tampering, reverse engineering, serta malware.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan aplikasi mobile dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Era digital yang berkembang pesat telah mengubah peran aplikasi mobile dari sekadar alat bantu menjadi alat esensial dalam operasional bisnis serta interaksi pelanggan. Sekarang aplikasi mobile merupakan representasi digital bagi setiap perusahaan yang bisa diakses langsung di perangkat pelanggan. Popularitas dan ketergantungan bisnis terhadap aplikasi mobile ini memiliki efek samping yang buruk, yaitu meningkatnya risiko keamanan siber. Berbagai ancaman siber seperti potensi kebocoran data pelanggan serta upaya reverse engineering dari kompetitor merupakan tantangan nyata yang harus diatasi. Salah satu solusi untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan code obfuscation.
Obfuscation code adalah bentuk perlindungan mendasar terhadap aplikasi mobile. Metode obfuscate code berfokus pada aspek paling dasar dalam aplikasi itu sendiri, yaitu kode pemrogramannya. Kode pemrograman sendiri merupakan salah satu target yang umum bagi para pelaku serangan siber untuk bisa mengeksploitasi kerentanan keamanan aplikasi mobile. Oleh karena itu, pemahaman akan metode ini dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan lapisan keamanan dalam aplikasi. Artikel ini akan membahas obfuscation code mulai dari definisinya, bagaimana cara kerjanya, apa saja teknik-tekniknya, serta manfaatnya untuk keamanan aplikasi. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Code obfuscation adalah sebuah teknik transformasi kode program yang dapat mengubah kode aplikasi menjadi bentuk yang jauh lebih kompleks dan sulit dipahami, tetapi tetap berfungsi sebagaimana mestinya bagi pengguna. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk membuat kode aplikasi menjadi sulit ditembus oleh pelaku kejahatan siber atau kompetitor yang ingin melakukan rekayasa balik (reverse engineering).
Meski terlihat sama, metode ini berbeda dengan enkripsi. Enkripsi merupakan proses penyembunyian data agar tidak dapat dibaca tanpa kunci enkripsi yang tepat, sementara obfuscation merupakan proses peningkatan kerumitan kode. Artinya, kode dalam proses obfuscation ini tidak disembunyikan sepenuhnya, tetapi hanya dirumitkan untuk menyulitkan upaya reverse engineering.
Cara ini dapat diterapkan untuk berbagai jenis kode dalam pengembangan aplikasi, termasuk bytecode (kode yang dieksekusi sistem operasi mobile) serta kode sumber itu sendiri. Teknik ini sudah banyak digunakan untuk aplikasi yang dikembangkan dengan bahasa pemrograman Java, Kotlin (Android) atau Swift/Objective C (iOS) yang bytecode-nya relatif rentan direkayasa balik.
Proses obfuscation merupakan langkah sistematis yang dirancang untuk mengubah kode aplikasi menjadi sulit ditembus. Teknik ini menggunakan alat atau tools khusus yang disebut sebagai obfuscator. Obfuscator merupakan alat yang bekerja secara otomatis untuk menganalisis kode aplikasi dan menerapkan berbagai transformasi. Tingkat kerumitan atau obfuscation di sini dapat ditentukan sesuai yang diinginkan.
Proses ini akan berjalan melalui beberapa tahapan penting. Pertama-tama, obfuscator akan digunakan untuk menganalisis kode aplikasi secara mendalam. Tahap ini dilakukan untuk memahami struktur kode, alur kontrol, serta data yang digunakan agar transformasi yang diterapkan nantinya tidak merusak fungsi aplikasi.
Berikutnya, obfuscator akan menerapkan teknik-teknik transformasi kode. Teknik-teknik ini memiliki karakteristik dan fungsinya masing-masing. Hal ini dapat dipilih sesuai kebutuhan keamanan dan performa aplikasi. Obfuscation juga dapat disesuaikan, misalnya tingkat lebih tinggi untuk kode yang paling sensitif, lalu tingkat lebih rendah untuk kode yang kurang penting. Kemudian obfuscator akan menghasilkan kode aplikasi yang telah dimodifikasi yang secara fungsi identik dengan kode asli, tetapi secara struktur dan tampilan sangat berbeda.
Seperti yang telah disebutkan di bagian sebelumnya, terdapat teknik-teknik obfuscation yang memiliki karakter dan fungsinya masing-masing dalam mengamankan kode aplikasi. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing teknik tersebut:
Teknik ini bekerja dengan mengganti nama-nama deskriptif seperti nama fitur atau nama brand dalam kode. Tujuan utama dari teknik ini adalah melindungi informasi sensitif terkait brand, fitur unggulan, serta arsitektur internal aplikasi dari pelaku serangan siber atau kompetitor.
Control flow merupakan aspek utama dalam reverse engineering, Oleh karena itu teknik obfuscation ini dilakukan khusus untuk mematahkan alur analisis tersebut. Teknik ini bekerja dengan cara menyisipkan percabangan logika yang tidak relevan, loop kompleks, serta kode-kode 'mati' yang tidak dieksekusi di aplikasi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan jalan buntu ketika hacker berusaha melakukan reverse engineering lewat alur kontrol program.
Obfuscation untuk data aplikasi meliputi informasi sensitif seperti API keys, credential database, atau URL layanan eksternal. Teknik ini dilakukan dengan mengenkripsi string, konstanta, serta data sensitif lainnya dalam kode, sehingga meminimalkan risiko kebocoran data sensitif.
Layout obfuscation bekerja dengan menghilangkan komentar dan whitespace sehingga aplikasi akan lebih sulit dibaca dan dipahami secara manual. Hal ini dapat memperlambat proses analisis dan meningkatkan kompleksitas reverse engineering.
Instruction substitution diterapkan untuk melawan tools analisis kode otomatis yang biasa digunakan oleh penyerang. Teknik ini bekerja dengan mengganti instruksi kode standar dengan urutan instruksi yang lebih kompleks.
Code obfuscation dapat melindungi aplikasi sebagai aset bisnis dan keunggulan kompetitif jangka panjang. Selain itu, terdapat beberapa manfaat utama dari obfuscation yang bisa didapatkan oleh bisnis, yaitu:
Obfuscation dapat melindungi investasi besar perusahaan dalam pengembangan aplikasi mobile dengan mencegah kompetitor untuk meniru dan mencuri fitur unggulan lewat reverse engineering. Hal ini memastikan perusahaan mendapatkan ROI yang maksimal.
Fitur-fitur inovatif dan algoritma yang unik dalam aplikasi merupakan poin keunggulan yang menjadi pembeda di pasaran. Perusahaan dapat memastikan keunggulan kompetitif ini tetap terjaga dan tidak ditiru oleh kompetitor dengan obfuscation.
Metode keamanan ini juga dapat membantu perusahaan mengamankan informasi pribadi pelanggan. Komitmen terhadap keamanan data ini dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan atau brand.
Serangan siber yang berhasil menembus kode aplikasi mobile dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan, mulai dari denda dan sanksi regulasi, biaya pemulihan sistem, hingga hilangnya pendapatan akibat hilangnya kepercayaan pelanggan. Metode ini dapat mencegah kerugian finansial tersebut.
Kode dan pemrograman aplikasi merupakan aspek dasar yang perlu dilindungi oleh perusahaan agar tidak dibobol oleh hacker atau kompetitor. Code obfuscation merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencegah serangan tersebut.
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure berpengalaman yang dapat menyediakan solusi mobile app security yang komprehensif. Solusi keamanan dari Phintraco Technology dapat meningkatkan pertahanan aplikasi dari serangan intrusi, code tampering, reverse engineering, serta berbagai jenis malware. Selain itu, solusi keamanan kami juga mendukung DevSecOps dengan mengintegrasikan alat CI/CD.
Untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan mobile app dari Phintraco Technology, hubungi email marketing@phintraco.com sekarang!
Editor: Irnadia Fardila

Aplikasi mobile kini telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari manusia. Kegiatan komunikasi, bekerja, berbelanja, dan berinteraksi kini telah menggunakan aplikasi mobile. Dari segi bisnis, banyak perusahaan di berbagai skala yang mulai mengandalkan aplikasi mobile untuk bisa menjangkau pelanggan, menciptakan inovasi, dan memasarkan produk. Di sisi lain, penggunaan aplikasi ini memiliki tantangan tersendiri yaitu bagaimana bisa menjaga keamanan aplikasi mobile (mobile app security) di tengah gempuran ancaman siber yang mengintai.
Keamanan aplikasi mobile kerap menjadi aspek sekunder setelah pengembangan fitur dan fungsionalitas aplikasi. Padahal keamanan dari ancaman siber merupakan pondasi krusial yang menentukan keberhasilan sebuah aplikasi. Tim developer tidak boleh mengabaikan keamanan aplikasi mobile karena dapat berisiko mendatangkan dampak buruk yang signifikan. Artikel ini akan membahas mobile app security dan berbagai aspek di dalamnya, mulai dari definisi dan lingkupnya, apa saja ancaman siber yang mengintainya, serta bagaimana tips untuk memperkuat keamanan aplikasi mobile. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Keamanan aplikasi mobile atau mobile application security adalah ilmu dan serangkaian praktik yang didedikasikan untuk melindungi aplikasi mobile dari berbagai ancaman siber dan kerentanan keamanan. Tujuan utama dari keamanan aplikasi mobile adalah untuk memastikan aplikasi tetap aman, bisa berfungsi dengan baik, serta melindungi data pengguna dari akses tidak sah, modifikasi, dan upaya perusakan.
Secara umum, keamanan aplikasi mobile dapat meliputi beberapa aspek, yaitu keamanan data, autentikasi dan otorisasi pengguna, keamanan kode aplikasi, keamanan jaringan, serta manajemen sesi dan akses. Semua aspek ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi pengguna aplikasi mobile, menjaga aset digital perusahaan, serta mengamankan ekosistem aplikasi secara keseluruhan.
Alasan dan faktor mengapa keamanan mobile app itu penting terletak pada konsekuensi yang bisa muncul ketika keamanan tersebut tidak diterapkan atau kurang diterapkan dengan baik. Berikut ini adalah beberapa faktor pendorongnya:
Aplikasi mobile dapat menyimpan dan memproses data sensitif milik pengguna. Oleh karena itu, jika aplikasi tidak aman, maka pelanggaran keamanan dapat mengakibatkan kebocoran data. Kebocoran data ini dapat berdampak pada pencurian identitas, kerugian finansial bagi pengguna atau perusahaan, hingga tuntutan hukum.
Ketika terjadi insiden keamanan atau kebocoran data dari aplikasi mobile, maka reputasi perusahaan atau brand dapat tercoreng dan rusak. Hal ini dapat menyebabkan menurun atau bahkan hilangnya kepercayaan pelanggan, mitra bisnis, serta investor. Kepercayaan tersebut sangat sulit untuk bisa dibangun kembali, atau membutuhkan waktu dan upaya yang besar.
Insiden pelanggaran keamanan dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan untuk perusahaan. Biaya yang umumnya dikeluarkan antara lain adalah biaya pemulihan insiden, perbaikan sistem, kompensasi pada pengguna terdampak, denda dan sanksi, hingga hilangnya pendapatan akibat gangguan operasional.
Setiap negara memiliki regulasi dan peraturan yang ketat untuk mengatur perlindungan data pribadi pengguna, salah satunya pada Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP). Kelalaian atau pelanggaran terhadap regulasi ini akan menyebabkan perusahaan dijatuhi sanksi atau denda hukum.
Secara umum, keamanan aplikasi yang terganggu dapat mengganggu operasional bisnis pula. Serangan siber yang dapat membuat aplikasi tidak berfungsi, layanan berhenti, atau data bocor dapat menghambat proses bisnis.
Dengan lingkup aplikasi mobile yang terus berkembang, makin variatif juga serangan atau ancaman yang dapat mengintai aplikasi. Berikut ini adalah beberapa yang paling umum ditemui:
Terdapat banyak jenis malware yang dapat disisipkan ke aplikasi mobile Android atau iOS, mulai dari virus, trojan, spyware, hingga ransomware. Berbagai jenis malware ini dapat masuk dari aplikasi palsu yang diunduh, link berbahaya lewat pesan atau email, serta kerentanan dalam sistem operasi yang belum diatasi. Malware tersebut dapat digunakan oleh penyerang untuk mencuri data, merusak sistem operasi, dan mengendalikan perangkat dari jauh.
Penyerang dapat mengeksploitasi kerentanan yang ada di arsitektur aplikasi mobile untuk mencuri data sensitif. Salah satunya adalah API yang tidak aman, data yang tidak terenkripsi, kerentanan dalam coding, hingga konfigurasi keamanan yang salah pada server backend atau infrastruktur cloud. Kebocoran data ini dapat merugikan perusahaan dan pengguna aplikasi.
Code tampering adalah upaya untuk memanipulasi kode aplikasi setelah dipasang di perangkat pengguna untuk mengubah perilaku aplikasi, menyisipkan kode berbahaya, atau menghapus fitur keamanan. Sementara itu, reverse engineering merupakan upaya untuk membongkar kode aplikasi untuk menemukan logika bisnis, algoritma, serta kerentanan keamanan yang ada di aplikasi.
Serangan phishing dan social engineering menargetkan kelemahan psikologis manusia untuk bisa mengeksploitasi aplikasi mobile. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat aplikasi palsu yang menyerupai tampilan dan fungsi aplikasi asli, mengirim pesan phishing atas nama perusahaan atau aplikasi resmi, atau menggunakan taktik psikologis untuk menipu pengguna agar memberikan informasi sensitif.
Terdapat berbagai cara untuk memperkuat mobile app security, best practices atau cara terbaik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah menerapkan prinsip pemrograman dan coding yang aman di setiap siklus pengembangan aplikasi. Hal ini penting untuk mencegah injection attacks, kesalahan penanganan, atau serangan cross-site scripting (XSS).
Audit dan penetration testing merupakan salah satu cara cek mobile app aman dari ancaman. Uji penetrasi dilakukan dengan mensimulasikan serangan asli dari ethical hacker untuk menguji efektivitas keamanan aplikasi.
Gunakan lapisan autentikasi dan otorisasi yang kuat seperti Multi-Factor Authentication (MFA) yang berupa kode OTP atau verifikasi biometrik. Terapkan juga sistem otorisasi seperti Role-Based Access Control (RBAC) untuk memastikan data dan fitur hanya dapat diakses oleh pengguna yang berwenang.
Pastikan data sensitif terenkripsi baik saat penyimpanan (at rest) atau saat transit (data in transit). Implementasi ini dapat menggunakan protokol enkripsi seperti HTTPS/TLS untuk semua komunikasi jaringan antara aplikasi dan server backend.
Di tengah semakin maraknya ancaman siber yang mengintai aplikasi mobile, perusahaan harus memprioritaskan keamanan aplikasi untuk memastikan keberlangsungan operasional bisnis. Oleh karena itu, Phintraco Technology dapat menjadi partner terpercaya yang menghadirkan solusi komprehensif untuk mobile app security Anda.
Solusi mobile app security app dari Phintraco Technology meliputi perlindungan dari intrusi, tampering, reverse engineering, dan malware. Selain itu, kami juga memberikan perlindungan terintegrasi dalam DevSecOps dengan tools CI/CD. Semua solusi ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi Anda tanpa mengganggu frekuensi dan kecepatan proses development.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi keamanan aplikasi mobile dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Website dan aplikasi kini telah menjadi tulang punggung dari operasional bisnis serta interaksi dengan pelanggan. Di era digital yang sudah serba cepat, kelambatan atau ketidakbisaan mengakses layanan bisa menjadi dampak buruk yang signifikan bagi bisnis. Oleh karena itu, beban kerja website dan aplikasi perlu dikelola dengan baik agar layanan bisa terus tersedia dan responsif meskipun menghadapi lonjakan traffic yang tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan load balancing.
Mengelola dan menangani lonjakan traffic yang fluktuatif dan tidak terduga merupakan tantangan utama dalam mengelola infrastruktur online. Hal ini sering menyebabkan server mengalami overload sehingga website dan aplikasi menjadi lambat, atau bahkan down. Oleh karena itu, perlu strategi serta teknologi yang tepat untuk bisa mendistribusikan beban kerja web atau aplikasi ke beberapa server. Tujuannya adalah untuk mencegah penumpukan beban kerja di satu titik, sehingga kinerja dan performanya menjadi lebih optimal. Artikel ini akan membahas load balancing secara mendalam, mulai dari definisinya, cara kerjanya, jenis dan metodenya, serta manfaatnya untuk perusahaan. Simak artikel berikut ini untuk informasi selengkapnya!
Load balancing adalah teknik pendistribusian traffic jaringan atau aplikasi di antara beberapa server. Teknologi ini merupakan sistem yang mengarahkan traffic ke server yang berbeda secara merata, sehingga tidak ada satu server pun yang mendapatkan workload terlalu berat, serta kinerja jaringan tetap lancar.
Untuk bisa menjalankan tugas tersebut, teknologi ini melibatkan tiga komponen utama. Komponen pertama tentunya adalah server di mana aplikasi dan website dijalankan. Selain itu, ada load balancer yang berfungsi sebagai pengatur traffic yang menerima dan mendistribusikan semua permintaan dari client atau pengguna ke server-server tersebut. Komponen ketiga tentunya adalah client itu sendiri, yaitu pengguna yang mengakses website atau aplikasi melalui browser atau aplikasi.
Tujuan utama dari teknologi ini adalah meratakan workload di antara server-server tersebut, sehingga ketersediaan meningkat dan risiko downtime menurun.
Proses distribusi beban kerja server ini bekerja melalui alur dan beberapa tahapan. Tahapan pertama terjadi ketika seorang pengguna atau client mengakses website dan aplikasi. Client akan mengirimkan permintaan dari browser atau aplikasi, lalu permintaan ini akan diterima oleh load balancer. Load balancer akan berperan sebagai satu-satunya titik masuk untuk semua traffic yang ada di infrastruktur server.
Setelah itu, load balancer akan menggunakan algoritma tertentu yang telah dikonfigurasi untuk menentukan server backend mana yang tepat untuk menangani permintaan tersebut. Terdapat beberapa jenis algoritma yang dapat digunakan, hal ini dipengaruhi oleh kebutuhan dan jenis infrastrukturnya.
Kemudian, load balancer akan memilih server, dan mendistribusikan permintaan ke salah satu server tersebut. Hal ini untuk memastikan permintaan terdistribusi secara merata di server-server ini. Server backend tersebut kemudian akan memproses permintaan tersebut dan memberikan respons yang sesuai, seperti halaman website, data aplikasi, atau permintaan client lainnya.
Respons dari server backend ini tidak langsung dikirimkan ke client, tetapi dikembalikan ke load balancer, baru kemudian load balancer akan meneruskannya ke client. Proses ini terjadi sangat cepat dan otomatis sehingga tidak akan mempengaruhi waktu respons yang dialami oleh client.
Berdasarkan lapisan jaringan tempat operasinya, terdapat beberapa jenis pendistribusian workload dalam jaringan, yaitu:
Layer 4 bekerja pada lapisan jaringan dan fokus pada alamat IP dan port. Jenis ini hanya memeriksa informasi pada lapisan transport (layer 4) seperti protokol TCP atau UDP, alamat IP sumber dan tujuan, serta port sumber dan tujuan. Jenis ini cocok untuk aplikasi yang tidak terlalu kompleks dan menggunakan traffic yang didominasi protokol TCP/UDP, misalnya aplikasi game online atau streaming.
Layer 7 bekerja pada lapisan aplikasi. Selain memeriksa alamat IP dan port, jenis ini juga menganalisis konten aplikasi mulai dari header HTTP, cookies, URL, dan data aplikasi. Fleksibilitas yang lebih tinggi ini membuat layer 4 cocok digunakan untuk aplikasi web yang lebih kompleks, misalnya platform e-commerce.
GSLB merupakan jenis balancing yang paling kompleks dan didesain untuk mendistribusikan traffic secara global ke beberapa data center di lokasi geografis yang berbeda-beda. Implementasi GSLB ini umumnya digunakan oleh aplikasi dengan skala global, layanan cloud yang masif, serta perusahaan yang memerlukan ketersediaan dan ketahanan yang tinggi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, load balancer akan memilih algoritma atau metode khusus untuk mendistribusikan permintaan ke server backend. Berikut ini adalah beberapa jenis metode atau algoritma tersebut:
Metode Round Robin bekerja dengan mendistribusikan permintaan secara bergiliran ke setiap server secara urut sesuai dengan daftar. Jenis ini mudah diimplementasikan tetapi tidak mempertimbangkan kapasitas setiap server.
Algoritma jenis ini akan mengarahkan permintaan ke server yang memiliki koneksi aktif paling sedikit. Hal ini membuatnya lebih efisien dibandingkan Round Robin karena mempertimbangkan beban server, namun kurang optimal jika kapasitas server berbeda-beda.
Sama seperti Round Robin, tetapi setiap server diberikan bobot sesuai dengan kapasitasnya. Artinya, server dengan bobot yang lebih tinggi akan menerima lebih banyak permintaan.
Algoritma ini menentukan server berdasarkan alamat IP client. Permintaan dari alamat IP yang sama akan selalu diarahkan ke server yang sama. Meskipun distribusi traffic bisa jadi tidak merata, tapi algoritma ini menawarkan kekonsistenan atau session persistence.
Least response time mengarahkan permintaan ke server dengan waktu respons yang paling cepat saat itu. Metode ini dapat menghasilkan performa yang baik, namun membutuhkan monitoring kinerja server yang lebih kompleks.
Implementasi distribusi beban kerja server dapat memberikan kelebihan dan manfaat yang signifikan untuk perusahaan dari segi teknis dan bisnis. Berikut ini adalah contoh-contohnya:
Salah satu kelebihan load balancing adalah membuat kinerja web dan aplikasi jadi meningkat dan lebih responsif. Pengguna akan mengalami loading time yang lebih cepat. Hal ini terwujud karena beban kerja server yang terbagi rata dan tidak ada yang mengalami overload.
Server yang mengalami overload atau downtime dapat membuat layanan aplikasi dan web menjadi tidak tersedia. Oleh karena itu, pendistribusian beban kerja yang merata dapat meningkatkan ketersediaan dan keandalan layanan web dan aplikasi.
Pelanggan atau client yang menggunakan web atau aplikasi yang cepat, responsif, dan selalu tersedia akan lebih puas dan ingin kembali menggunakan layanan tersebut. Hal ini menciptakan pengalaman pengguna yang positif.
Lingkungan bisnis yang dinamis dan terus berkembang memerlukan infrastruktur yang fleksibel dan adaptif. Lonjakan traffic yang bisa tiba-tiba meningkat dapat diatasi dengan mudah oleh load balancer, sehingga perusahaan dapat beradaptasi dengan kebutuhan bisnis yang dinamis.
Infrastruktur jaringan yang andal dan selalu tersedia merupakan kunci utama dari keberhasilan bisnis dan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, teknologi load balancer dapat meningkatkan keandalan infrastruktur server Anda dalam mengatasi lonjakan traffic.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure & solutions yang berpengalaman, dapat menyediakan solusi server dan virtualisasi terbaik untuk bisnis Anda. Solusi server virtual yang memiliki skalabilitas tinggi dan mudah dikelola bisa membantu mengimplementasi load balancing secara efektif. Virtualisasi juga dapat mengurangi kompleksitas operasional dan biaya pemeliharaan.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi infrastruktur IT terbaik dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Data merupakan aset yang paling berharga bagi individu atau perusahaan di era digital saat ini. Kehilangan atau kerusakan data dapat membawa dampak negatif yang fatal, mulai dari potensi pemalsuan identitas, kerugian finansial, hingga terganggunya operasional bisnis. Oleh karena itu, sistem penyimpanan data yang berkapasitas besar, aman, dan andal merupakan kebutuhan utama bagi setiap perusahaan saat ini. Salah satu teknologi yang dapat menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan ini adalah redundant array of independent disks atau RAID.
RAID adalah teknologi penyimpanan yang menggabungkan beberapa hard drive menjadi satu unit penyimpanan yang logis. Dengan begitu, sistem ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan yang memiliki redundansi tinggi dan performa yang jauh lebih baik dibanding teknologi penyimpanan biasa. Artikel ini membahas teknologi RAID dan berbagai aspek di dalamnya, mulai dari definisinya, fungsinya, cara kerja dan cara membuatnya, level-level serta jenis controller yang ada. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
RAID atau redundant array of independent disks adalah sebuah teknologi penyimpanan data yang menggunakan beberapa hard drive secara bersamaan. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan performa serta redundansi. Setiap hard drive yang digunakan tidak diperlakukan seperti unit penyimpanan yang terpisah, tetapi digabung menjadi satu unit atau lebih. Kemudian sistem operasi akan melihat gabungan beberapa hard drive ini sebagai satu disk tunggal.
Konsep utama dari sistem ini adalah bagaimana data bisa terdistribusikan secara merata di beberapa disk. Hal ini disebut juga sebagai konsep striping, mirroring, atau parity. Pendekatan distribusi data ini dapat meningkatkan kecepatan baca tulis data, fault tolerance yang lebih tinggi ketika terjadi kerusakan pada salah satu hard drive, atau kombinasi dari keduanya. Oleh karena itu, teknologi ini dapat menjadi solusi ideal untuk perusahaan yang memiliki aplikasi dengan kebutuhan kinerja tinggi dan ketersediaan data yang berkelanjutan.
Teknologi ini memiliki fungsi dan peran yang vital dalam sebuah lingkungan server, khususnya dalam memastikan ketersediaan dan integritas data. Secara garis besar, sistem ini memiliki fungsi terkait performa, redundansi data dan fault tolerance.
Berdasarkan segi performa, teknologi ini berfungsi untuk mempercepat proses baca tulis data. Hal ini dilakukan dengan cara mendistribusikan data tersebut ke beberapa disk secara paralel. Metode ini sangat cocok untuk aplikasi server yang menangani banyak permintaan akses data di saat yang bersamaan.
Dari segi redundansi data, sistem ini memiliki mekanisme khusus untuk melindungi data akibat kerusakan salah satu hard drive. Beberapa metode atau teknik yang dilakukan antara lain adalah mirrorring atau parity. Metode ini dapat merekonstruksi data meskipun satu atau lebih disk mengalami kerusakan.
Sementara itu, toleransi kesalahan juga merupakan fungsi penting untuk memastikan server dapat tetap beroperasi dan data terjamin keamanannya meski kondisi hardware mengalami kegagalan. Selain itu, sistem array disks ini juga berfungsi untuk mempermudah pengelolaan storage pada server. Penggabungan beberapa disk menjadi satu unit dapat mempermudah administrator untuk mengelola ruang penyimpanan secara lebih efisien dan fleksibel.
Cara kerja disk array berpusat pada teknik penggabungan dan pengelolaan beberapa hard drive dalam waktu yang bersamaan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, terdapat beberapa metode yang umum digunakan dalam sistem ini, yaitu striping, mirroring, dan parity. Metode striping bekerja dengan cara memecahkan data menjadi blok-blok kecil yang disebut stripes. Kemudian stripes ini akan didistribusikan secara berurutan ke setiap disk dalam array. Hal inilah yang membuat performa dan kecepatan baca tulis data menjadi meningkat karena dapat diakses secara paralel dari beberapa disk.
Mirroring merupakan metode penciptaan salinan identik data pada dua atau lebih disk. Dengan begitu, jika salah satu disk mengalami kegagalan, data akan tetap aman karena salinannya tersedia di disk lain. Informasi terpisah ini dapat digunakan untuk merekonstruksi data yang rusak atau hilang di salah satu disk.
Parity melibatkan penggunaan algoritma matematika untuk menciptakan informasi redundansi. Informasi ini kemudian disimpan di disk terpisah dan digunakan untuk merekonstruksi data ketika terjadi kerusakan pada salah satu disk.
Cara membuat RAID umumnya membutuhkan controller berupa hardware dan software. Kedua jenis controller ini berfungsi untuk mengelola dan menjalankan fungsi array. Pembuatan array dilakukan melalui BIOS atau utility konfigurasi controller.
Dalam sistem RAID, level merupakan tingkatan pembeda yang menawarkan kombinasi performa, redundansi, dan kapasitas penyimpanan tertentu. Berikut ini adalah beberapa level array yang umum digunakan:
Level ini lebih fokus pada peningkatan performa dengan striping data di seluruh disk. Tingkatan 0 ini tidak memiliki redundansi, sehingga cocok untuk aplikasi yang butuh kecepatan tinggi tetapi tidak terlalu mengutamakan keamanan data.
Level 1 sudah menyediakan redundansi data dengan metode mirroring pada dua disk atau lebih. Tingkatan ini menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi tetapi efektivitas kapasitas penyimpanan hanya setengah dari total disk yang digunakan.
Pada level 5, metode striping dan parity digabungkan untuk menciptakan performa dan redundansi data yang baik. Level ini membutuhkan minimal tiga disk untuk bisa menawarkan toleransi kesalahan untuk satu disk.
Mirip seperti level 5, level 6 menggunakan dua informasi parity yang didistribusikan ke seluruh disk. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan fault tolerance menjadi dua disk.
Level 10 merupakan gabungan dari level 1 dan level 0. Pada level ini, metode mirroring dan striping digabungkan untuk memberikan performa tinggi dan redundansi data yang sangat baik. Untuk fault tolerance, level ini membutuhkan minimal empat disk.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, terdapat dua jenis controller untuk sistem ini, yaitu hardware dan software controller. Berikut ini adalah masing-masing penjelasannya:
Hardware controller adalah perangkat keras berbentuk chip atau card khusus untuk mengoperasikan disk array. Controller ini menggunakan prosesor dan memorinya sendiri untuk meringankan beban CPU sistem.
Software controller merupakan perangkat lunak yang menggunakan sumber daya CPU dan memori dari sistem untuk mengoperasikan fungsi array. Jenis controller ini lebih ekonomis karena tidak membutuhkan hardware tambahan, tetapi performanya biasanya lebih rendah dibandingkan hardware controller karena beban kerja yang lebih berat.
Ketersediaan dan integritas data merupakan prioritas utama bagi setiap perusahaan di era digital. Teknologi RAID merupakan salah satu solusi utama dalam teknologi penyimpanan yang dapat diimplementasikan.
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solution yang dapat membantu Anda mengimplementasikan solusi storage terbaik sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Kami dapat menyediakan berbagai solusi penyimpanan data, termasuk sistem disk array yang dapat meningkatkan performa dan redundansi data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com sekarang untuk informasi selengkapnya mengenai solusi storage dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Salah satu fenomena yang terjadi seiring dengan berkembangnya teknologi di era digital adalah pertumbuhan data yang eksponensial. Data yang semakin besar dan kompleks volumenya kini menumbuhkan kebutuhan akan solusi penyimpanan yang lebih andal dan terpusat bagi perusahaan-perusahaan di berbagai sektor. Network attached storage (NAS) merupakan salah satu solusi atas tantangan tersebut. Solusi ini dapat membantu bisnis untuk mengelola data secara efisien melalui sebuah infrastruktur yang terpusat dan terpadu. Selain menyederhanakan akses data dari berbagai perangkat, NAS juga dapat meningkatkan keamanan dan mengurangi workload server.
Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis modern umumnya mengalokasikan anggaran yang cukup besar dalam aspek IT untuk solusi penyimpanan data. Oleh karena itu, NAS dapat menjadi pilihan yang strategis untuk bisa mendapatkan kapasitas besar, skalabilitas tinggi, serta akses kontrol yang terpusat. Teknologi ini dapat diimplementasikan untuk mendukung transformasi digital perusahaan dengan memfasilitasi kolaborasi tim secara real time, dan mendukung lingkungan kerja hybrid. Artikel ini akan membahas tentang NAS secara mendalam, mulai dari definisi, fungsi, cara kerja, kelebihan, serta perbedaannya dengan SAN. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Network attached storage adalah sebuah perangkat penyimpanan data berbasis jaringan yang terhubung ke perangkat-perangkat komputer melalui protokol seperti ethernet atau Wi-Fi. Tidak seperti perangkat penyimpanan lokal, NAS beroperasi sebagai penyimpanan file-level yang independen. Hal ini memungkinkan data diakses melalui jaringan, sehingga banyak pengguna dapat mengelola data di saat bersamaan secara real time.
Sebuah unit NAS umumnya terdiri dari komponen perangkat keras, sistem operasi khusus, serta interface jaringan. Perangkat keras dalam NAS merupakan hard drive dalam konfigurasi redundant arrays of independent disks (RAID) untuk redundansi data. Sistem operasi khusus digunakan untuk mengelola hak akses, backup, serta keamanan data. Interface berfungsi untuk memberikan konektivitas via protokol SMB/NFS/AFP.
Secara umum, terdapat empat aspek kritis dalam manajemen data modern yang menjadi fungsi utama dari NAS, yaitu sebagai penyimpanan yang terpusat, backup otomatis, pendukung kolaborasi tim, serta media streaming.
NAS berfungsi sebagai penyimpanan terpusat yang menyatukan data dari berbagai perangkat ke dalam satu lokasi fisik atau virtual. Hal ini akan membantu memudahkan pencarian dan pembaruan informasi. Fungsi backup dari NAS digunakan dengan cara mengatur jadwal duplikasi data ke drive eksternal atau cloud untuk mengurangi risiko kehilangan data penting.
Teknologi NAS juga berfungsi untuk memfasilitasi kolaborasi tim dalam bisnis. Konektivitas lewat ethernet atau Wi-Fi memungkinkan banyak pengguna untuk mengakses atau mengedit file secara bersamaan. Akses ini diberikan melalui permission berbasis role seperti admin, editor, atau viewer. NAS juga dapat mendukung distribusi konten multimedia ke smart TV, konsol game, atau perangkat IoT lainnya. Hal ini dilakukan melalui Digital Living Network Alliance (DLNA)/ Universal Plug n Play (UPnP). Beberapa NAS juga dapat mendukung instalasi aplikasi manajemen proyek atau konten seperti CMS (Content Management System). Hal ini cocok sebagai solusi hemat biaya untuk bisnis kecil hingga menengah.
Secara sederhana, NAS bekerja seperti hard drive eksternal yang terhubung langsung ke jaringan internet dan dapat diakses oleh banyak pengguna. Tahapan pertama dalam cara kerja NAS adalah konektivitas ke jaringan LAN melalui router atau switch agar terhubung ke komputer dan perangkat jaringan lainnya.
Setelah itu, komputer, laptop, smartphone, atau perangkat lain yang terhubung ke jaringan yang sama dapat mengakses data yang disimpan di NAS. Akses ini akan terlihat seperti mengakses folder biasa di perangkat masing-masing, tetapi file tersebut tersimpan di NAS.
Pembagian file dalam NAS diimplementasikan menggunakan protokol jaringan standar. Terdapat beberapa protokol yang digunakan tergantung dengan sistem operasinya seperti SMB/CIFS (untuk Windows), NFS (untuk Linux), dan AFP (untuk MacOS).
Selanjutnya, administrator dapat mengatur siapa saja yang boleh mengakses data, folder, atau file tertentu. Kontrol akses ini dapat diterapkan berdasarkan role dan wewenang dari masing-masing pengguna. Hal ini penting diterapkan untuk menjaga keamanan dan privasi data, serta mencegah kebocoran data atau akses tidak sah.
Network attached storage memiliki banyak manfaat bagi perusahaan yang menggunakannya. Berikut ini adalah manfaat-manfaat utama tersebut:
Teknologi NAS dapat memberikan efisiensi biaya yang signifikan, khususnya untuk bisnis kecil hingga menengah. Perusahaan dapat menyimpan data secara terpusat yang dapat diakses bersama tanpa perlu berinvestasi besar pada infrastruktur server yang kompleks.
NAS juga dapat menawarkan fitur-fitur keamanan data yang penting bagi perusahaan. Fitur-fitur seperti RAID dapat membantu melindungi data penting perusahaan dari kerusakan atau kehilangan akibat kerusakan hard drive. Selain itu, kontrol akses yang granular juga dapat membantu admin untuk membatasi siapa saja yang dapat mengakses file atau folder tertentu.
Penyimpanan melalui NAS dapat memudahkan pengelolaan data untuk orang-orang yang bukan ahli IT. Interface yang intuitif dapat membantu admin untuk mengkonfigurasi sistem, memantau kinerja, mengatur akun pengguna, dan mengelola izin akses dengan mudah. Fitur-fitur lain seperti manajemen file terpusat, data recovery, dan otomatisasi tugas juga membantu tim IT dari pekerjaan administratif yang memakan waktu.
Network attached storage (NAS) dan storage area network (SAN) merupakan solusi penyimpanan berbasis jaringan. Akan tetapi, keduanya memiliki perbedaan utama pada aspek arsitektur, cara kerja, serta penggunaannya. Perbedaan utamanya terletak pada cara kedua solusi ini terhubung ke jaringan dan bagaimana data yang disimpan dapat diakses.
NAS merupakan file server yang dirancang untuk menyimpan dan berbagi file, lalu dihubungkan ke jaringan berbasis IP (internet atau LAN) melalui protokol jaringan standar seperti ethernet. Perangkat-perangkat yang terkoneksi ke jaringan yang sama kemudian dapat mengakses file dari NAS.
Sementara itu, SAN merupakan jaringan penyimpanan berkecepatan tinggi yang terpisah dan khusus untuk server. Untuk bisa terkoneksi, SAN menggunakan FC (fibre channel) atau iSCSI. Perangkat-perangkat dapat mengakse SAN melalui block-level access, artinya server seolah memiliki akses langsung ke hard drive SAN.
Manajemen penyimpanan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk bisa mengelola data dengan baik dan aman. Untuk itu, perusahaan memerlukan infrastruktur IT yang memadai dan mumpuni dari Phintraco Technology!
Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solutions yang dapat memberikan solusi teknologi untuk storage, enterprise server, virtualisasi, hingga hyper converged infrastructure yang dapat membantu manajemen penyimpanan data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com sekarang untuk informasi selengkapnya mengenai infrastruktur IT dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat dan pertumbuhan data yang semakin kompleks menuntut setiap bisnis untuk memiliki sistem penyimpanan data yang andal dan adaptif dengan dinamika bisnis modern. Salah satu solusi yang dapat diterapkan oleh bisnis adalah storage area network (SAN) yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan untuk menyimpan data dalam skala besar. Teknologi ini telah menjadi kunci utama bagi perusahaan yang mengelola database kompleks, aplikasi virtualisasi, serta sistem yang memerlukan redundansi tinggi.
SAN juga dapat menyediakan kapasitas penyimpanan masif serta kecepatan akses data yang kritikal bagi operasional bisnis, seperti transaksi finansial dan analitik big data. Solusi ini menawarkan arsitektur jaringan khusus yang memisahkan aliran data penyimpanan dan lalu lintas jaringan utama. Pemisahan ini membuat transfer data lebih cepat tanpa mengganggu kinerja jaringan bisnis sehari-hari. Semakin meningkatnya volume data bisnis yang harus diolah secara real time, maka SAN dapat menjadi investasi yang tepat untuk menjaga kelancaran operasional bisnis. Artikel ini akan membahas tentang apa itu SAN, apa perbedaan antara storage area network dan network attached storage, contoh-contoh serta kelebihan SAN. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
SAN atau storage area network adalah infrastruktur jaringan yang dapat menghubungkan lebih dari satu server ke perangkat penyimpanan yang terpusat melalui koneksi dengan kecepatan tinggi. Tidak seperti media penyimpanan tradisional pada umumnya, SAN menggunakan arsitektur block-level storage, yang artinya data diakses dalam bentuk blok-blok kecil seperti cara kerja hard disk internal.
Pendekatan semacam ini dapat memungkinkan server untuk mengelola penyimpanan seolah-olah sebagai bagian langsung dari sistem lokal, padahal secara fisik penyimpanan tersebut terletak di lokasi terpisah. Teknologi ini cocok untuk lingkungan yang membutuhkan kinerja tinggi, seperti sistem ERP, database transaksional, atau platform virtualisasi atau virtual machine (VM). Arsitektur SAN meliputi beberapa komponen seperti storage controllers, storage arrays, dan software manajemen terpusat untuk memantau kesehatan sistem, mengoptimalkan sumber daya, dan mengelola kebijakan backup data.
SAN dan NAS merupakan solusi penyimpanan yang berbasis jaringan, tetapi keduanya memiliki perbedaan dalam beberapa aspek, seperti arsitektur, protokol, serta contoh penggunaannya.
Secara umum, SAN dirancang untuk block-level access yang dibutuhkan untuk aplikasi kritikal seperti database atau sistem klasterisasi server. Server akan mengakses blok penyimpanan secara langsung seperti menggunakan disk lokal, yang memungkinkan prosesnya dijalankan dengan kecepatan tinggi. Sementara itu, NAS menyediakan akses level file melalui protokol seperti server message block (SMB) atau network file system (NFS). Hal ini lebih cocok untuk berbagi dokumen, file sharing, atau penyimpanan cadangan dalam skala kecil hingga menengah.
Secara infrastruktur fisik, SAN memerlukan jaringan terpisah menggunakan kabel serat optik atau iSCSI khusus, serta switch dan HBA yang dioptimalkan. Sementara NAS memanfaatkan jaringan LAN/WAN yang telah ada, sehingga dapat lebih mudah diimplementasikan tetapi lebih rentan terhadap kemacetan jaringan jika beban kerja (workload) terlalu berat.
Berdasarkan kinerjanya, SAN mampu mencapai kecepatan transfer 10 hingga 100 kali lebih tinggi dibanding NAS. Hal ini bisa terjadi karena latensi yang lebih rendah, umumnya di bawah 1 milidetik dan bandwidth yang lebih besar. SAN juga dapat mendukung konfigurasi redundansi yang menggunakan beberapa jalur jaringan paralel. Hal ini berfungsi untuk memastikan ketersediaan data jika salah satu jalur mengalami gangguan. Di sisi lain, NAS juga memiliki fitur redundansi seperti RAID, tetapi tidak dirancang untuk high availability dalam tingkat enterprise.
Terdapat beberapa contoh implementasi SAN berdasarkan protokol, teknologi, dan kebutuhan bisnis. Berikut ini adalah beberapa contoh yang umum digunakan:
Jenis fibre channel merupakan jenis yang paling umum digunakan. SAN jenis ini menggunakan jaringan FC khusus yang dioptimalkan untuk throughput tinggi yang dapat mencapai 400 Gbps dan latensi sekecil microsecond. Umumnya digunakan untuk aplikasi yang memiliki sistem transaksi perbankan yang memproses permintaan dalam jumlah besar tiap detiknya, hyperscale data center, atau lingkungan high performance computing (HPC).
iSCSI merupakan alternatif SAN yang lebih ekonomis karena menggunakan jaringan ethernet standar yang dienkapsulasi protokol SCSI. Jenis ini cocok untuk perusahaan level menengah yang membutuhkan skalabilitas tempat perlu mengeluarkan investasi besar di infrastruktur FC untuk virtualisasi.
FCoE merupakan penggabungan antara fibre channel dan ethernet. Solusi ini cocok untuk jaringan konvergen yang menyatukan lalu lintas data dan penyimpanan. Jenis ini dapat menggabungkan kecepatan yang dimiliki oleh FC dengan fleksibilitas yang dimiliki ethernet.
Solusi hyper-converged infrastructure merupakan integrasi SAN virtual ke dalam satu platform terpadu. Hal ini memungkinkan manajemen penyimpanan melalui perangkat lunak khusus (software-defined storage). Berbagai aspek mulai dari penyimpanan, server, sekaligus virtualisasi terintegrasi ke dalam satu platform.
Implementasi storage area network dapat membawa banyak manfaat dalam infrastruktur data dan penyimpanan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa manfaat tersebut:
SAN dapat memberikan performa dan kinerja yang tinggi dengan kecepatan transfer data menggunakan protokol FC atau iSCSI. Selain itu, SAN juga didukung oleh jaringan khusus yang mengurangi latensi secara signifikan.
Infrastruktur SAN dirancang secara modular, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menambah kapasitas penyimpanan, server, atau bandwidth tanpa mengganggu operasi yang sedang berjalan. Perusahaan dapat menyesuaikan skala infrastruktur sesuai dengan pertumbuhan data dan kebutuhan bisnis yang dinamis.
SAN dapat menjamin ketersediaan data melalui sistem redundansi multipathing, replikasi data, serta teknologi RAID. Hal ini dapat mendukung proses recovery jika terjadi kegagalan perangkat.
Administrator sistem dapat mengelola seluruh sumber daya penyimpanan melalui konsol terpusat. Hal ini dapat menyederhanakan alokasi ruang, pemantauan kondisi sistem, backup, serta pembaruan firmware.
Untuk bisa menghadapi tantangan transformasi digital, perusahaan perlu meningkatkan infrastruktur IT, salah satunya dalam hal penyimpanan. Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solutions yang dapat memberikan solusi teknologi untuk storage, enterprise server, virtualisasi, hingga hyper converged infrastructure yang dapat membantu manajemen penyimpanan data Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai infrastruktur IT dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila

Kebutuhan akan penyimpanan data yang fleksibel dan memiliki skalabilitas tinggi untuk bisnis kini semakin meningkat. Kompleksitas dan volume data yang diproduksi semakin meningkat dalam skala besar, khususnya untuk sebuah perusahaan. Oleh karena itu, solusi penyimpanan yang tepat merupakan kunci untuk memanfaatkan aset berharga perusahaan ini. Salah satu metode penyimpanan modern yang bisa menjadi solusi adalah object storage atau penyimpanan objek.
Jenis storage ini merupakan pendekatan penyimpanan dan pengelolaan data yang sedikit berbeda dengan metode penyimpanan tradisional yang sudah biasa dikenal. Metode ini juga dapat digunakan di berbagai kebutuhan dan skenario tertentu sesuai dengan tujuan penggunaannya. Artikel ini akan membahas object storage dan aspek-aspek penting di dalamnya, mulai dari definisinya, bagaimana cara kerjanya, apa perbedaan object storage vs block storage, hingga keunggulan-keunggulan yang ditawarkan. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Object storage adalah sebuah arsitektur penyimpanan data komputer yang dirancang khusus untuk menyimpan data tidak terstruktur dalam jumlah besar. Berbeda dengan jenis arsitektur penyimpanan lain, arsitektur ini memperlakukan data sebagai unit-unit yang berbeda, digabung dengan metadata dan unique identifier. Kedua hal ini digunakan untuk menemukan dan mengakses setiap unit data tersebut.
Fokus utama dari penyimpanan ini adalah menyimpan data sebagai unit yang disebut 'object' dan bukan sebagai file dalam sistem folder atau blok data. Data atau objek dapat diakses melalui unique identifier tersebut, bukan melalui path file atau alamat blok fisik. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menciptakan metode penyimpanan data tidak terstruktur yang hemat biaya, memiliki ketahanan, serta skalabilitas tinggi, khususnya untuk data skala besar. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk bisa menyimpan dan mengelola data tidak terstruktur yang terus bertambah secara eksponensial secara lebih efisien.
Sistem penyimpanan objek bekerja melalui rangkaian proses yang terstruktur dalam penyimpanan dan pengambilan data. Berikut ini adalah rincian prosesnya:
Pertama-tama data yang ada akan dienkapsulasi menjadi sebuah objek. Proses ini bertujuan untuk membungkus data ke format objek yang dikenali oleh sistem object storage tersebut. Selanjutnya, metadata akan dimasukkan ke dalam objek. Metadata ini dibuat secara otomatis atau didefinisikan sendiri oleh pengguna.
Sistem storage kemudian akan memberikan ID unik untuk objek tersebut. Objek dengan ID unik dan metadata kemudian disimpan di penyimpanan flat structure sehingga tidak perlu lagi dinavigasi melalui hierarki folder yang kompleks.
Dalam proses akses atau pengambilan, pengguna atau aplikasi akan mengirimkan permintaan ke sistem dengan ID unik objek yang ingin diakses. Lalu sistem storage akan menggunakan ID tersebut untuk menemukan lokasi objek dalam penyimpanan.
Proses ini terjadi secara cepat dan efisien meski dalam skala yang besar. Setelah objek ditemukan, sistem akan mengirimkan objek (beserta data dan metadata-nya) kepada aplikasi atau pengguna yang mengirimkan permintaan. Permintaan umumnya dilakukan melalui jaringan internet dan protokol standar seperti HTTP/HTTPS. Hal ini membuat objek dapat diakses dari mana saja asal memiliki koneksi internet.
Sistem storage ini memiliki fleksibilitas dan skalabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, sistem ini telah digunakan untuk berbagai kasus penggunaan. Berikut ini adalah beberapa contoh penggunaan yang umum dilakukan:
Storage objek cocok digunakan sebagai backup dan recovery data karena kapabilitasnya untuk menyimpan data dalam jumlah besar dari berbagai sumber. Selain itu, durabilitas sistem ini juga dapat memastikan data yang di-backup tetap aman dan dapat dipulihkan ketika terjadi insiden atau bencana. Biaya penyimpanan backup jangka panjang ini juga lebih ekonomis dibandingkan solusi penyimpanan tradisional.
Data-data yang jarang diakses namun perlu disimpan untuk jangka panjang dapat diarsipkan menggunakan sistem storage ini. Umumnya pengarsipan ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kepatuhan regulasi atau analisis historis kebutuhan bisnis. Kapasitas volume data yang besar dan sistem yang aman membuat sistem ini dapat menjadi solusi yang cocok.
Banyak website dan aplikasi multimedia yang menggunakan sistem storage ini untuk meng-hosting konten web dan media, seperti gambar, video, file audio, atau file statis lainnya. Sistem ini dapat menangani lonjakan traffic yang eksponensial tanpa mengkhawatirkan kapasitas penyimpanan. Pengaksesan lewat internet juga dapat memudahkan pengiriman konten web secara efisien di pengguna di berbagai tempat.
Object storage juga digunakan sebagai pondasi utama bagi aplikasi cloud native. Aplikasi modern yang dikembangkan di cloud akan memerlukan data dalam jumlah besar dan tidak terstruktur. Hal ini sangat cocok dengan sistem storage objek dengan skalabilitas dan fleksibilitasnya mengelola dan menyimpan data.
Storage objek merupakan salah satu dari beberapa metode storage lainnya, yaitu block storage dan file storage. Terdapat perbedaan mendasar yang membedakan ketiganya. Penyimpanan objek menyimpan data sebagai unit objek yang berisikan metadata dan ID unik. Kemudian ID unik tersebut akan dijadikan cara untuk mengakses data tersebut. Metode ini cocok digunakan untuk data tidak terstruktur.
Sementara block storage mengelola data ke dalam blok-blok berukuran tetap yang disimpan secara terpisah. Untuk bisa mengakses data, diperlukan alamat blok fisik. Jenis ini memiliki performa yang sangat tinggi dan latensi yang rendah. Hal ini cocok untuk database atau sistem operasi.
File storage mengelola data dalam bentuk file dalam folder hierarkis. Akses data dilakukan melalui path file. Metode ini memiliki akses yang lebih mudah dan cara organisasi data yang lebih familiar, sehingga cocok digunakan untuk file sharing, NAS (Network Attached Storage), dan file server.
Storage objek memiliki banyak manfaat yang signifikan sebagai solusi penyimpanan untuk kebutuhan bisnis modern. Berikut ini adalah beberapa kelebihan tersebut:
Keunggulan utama dari sistem ini adalah skalabilitasnya yang tinggi sehingga dapat memfasilitasi pertumbuhan data yang besar. Perusahaan dapat menambah kapasitas penyimpanan tanpa melakukan perubahan arsitektur.
Sistem penyimpanan ini dapat melindungi data dengan mekanisme redundansi dan keamanan data lainnya. Replikasi data dapat memastikan data tetap tersedia jika terjadi kegagalan hardware atau bencana.
Jika dibandingkan dengan solusi penyimpanan tradisional, storage objek memiliki biaya yang lebih efektif, khususnya untuk penyimpanan data dalam skala besar.
Akses yang mudah lewat internet menggunakan protokol HTTP/HTTPS merupakan salah satu keunggulan dari sistem ini. Hal ini memungkinkan distribusi dan akses konten global secara efisien.
Sistem ini juga memungkinkan pengguna untuk menambahkan metadata secara ekstensif ke setiap objek. Metadata ini digunakan untuk mengelola data dengan lebih mudah dan memungkinkan pengelolaan siklus hidup data yang lebih efektif.
Memiliki infrastruktur penyimpanan yang tepat merupakan salah satu kunci utama menjaga kelangsungan bisnis. Object storage dapat menjadi solusi terbaik bagi bisnis Anda dengan skalabilitas dan fleksibilitas yang tinggi.
Phintraco Technology, sebagai perusahaan IT infrastructure berpengalaman, dapat menyediakan storage solutions terbaik untuk bisnis Anda.
Hubungi marketing@phintraco.com untuk informasi selengkapnya mengenai solusi storage dari Phintraco Technology!
Editor: Irnadia Fardila