Microservices: Aplikasi Fungsional dengan Banyak Layanan

25 Sep 2024 Muhammad Iqbal Iskandar

Microservices: Aplikasi Fungsional dengan Banyak Layanan

Aplikasi dan perangkat lunak kini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sehari-hari dengan perkembangan teknologi yang  semakin pesat. Berbagai kegiatan dan layanan di berbagai bidang kini telah dilakukan melalui aplikasi atau platform digital. Oleh karena itu, diciptakanlah aplikasi yang dapat diskalakan dan praktis untuk bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut. Dalam dunia pengembangan aplikasi atau software development, aplikasi microservices telah menjadi solusi utama dalam menyediakan aplikasi yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan pengguna secara praktis.

Aplikasi microservice merupakan aplikasi yang dirancang dengan pendekatan yang cukup berbeda dari pengembangan aplikasi tradisional. Berbagai layanan dapat diintegrasikan secara lebih responsif dan fleksibel ke dalam aplikasi lewat pengembangan ini. Oleh karena itu, arsitektur microservice kini telah menjadi standar de facto dalam dunia pengembangan perangkat lunak modern. Artikel ini akan membahas aplikasi microservices dan arsitekturnya secara lengkap mulai dari definisi, perbedaannya dengan monolith architecture, apa saja ciri-cirinya, kaitannya dengan pengembangan DevOps, serta manfaatnya dalam pengembangan aplikasi untuk perusahaan. Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!

Apa itu Microservices?

Microservices adalah sebuah unit perangkat lunak yang kecil, fleksibel, serta modular yang dapat diintegrasikan dengan layanan-layanan lain untuk menciptakan sebuah aplikasi yang lengkap dan serbaguna. Aplikasi sendiri merupakan kumpulan layanan independen yang dapat bekerja sama untuk menjalankan sebuah fungsi bisnis. Arsitektur microservice merujuk pada metode penataan, pengembangan, serta pengoperasian perangkat lunak yang terdiri dari kumpulan layanan independen yang lebih kecil.

Pendekatan microservice dalam pengembangan aplikasi memungkinkan tim DevOps untuk membagi berbagai layanan menjadi application programming interface (API). API ini kemudian dapat menghubungkan berbagai layanan dengan sebuah fungsionalitas inti yang memungkinkan aplikasi untuk berbagi komunikasi dan bertukar data. Masing-masing layanan dapat dikembangkan, diuji, dan dipasang secara terpisah. Hal ini memungkinkan tim pengembang untuk bekerja secara paralel dan mempercepat siklus pengembangan (software development life cycle).

Dalam pengembangan microservices, setiap layanan memiliki peran spesifik dan menggunakan teknologi yang sesuai untuk menjalankan peran tersebut. Hal ini dapat memberikan fleksibilitas lebih untuk tim developer dalam memilih alat dan teknologi yang efektif untuk setiap bagian aplikasi. Selain itu, setiap layanan dapat diskalakan secara independen sesuai kebutuhan tanpa harus mempengaruhi keseluruhan sistem dalam aplikasi.

Monolith vs Microservices Architecture, Apa Perbedaannya?

Arsitektur monolith dan microservice merupakan metode dan struktur pengembangan aplikasi yang berbeda. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada cara pengembangan dan pengelolaan aplikasi tersebut. Dalam arsitektur monolith, seluruh aplikasi dikembangkan sebagai satu kesatuan yang besar. Tim developer menggunakan satu kode dasar untuk membangun dan mengintegrasikan semua komponen mulai dari user interface (UI) hingga logika bisnis. Sementara itu, arsitektur microservice membagi aplikasi menjadi beberapa layanan kecil yang berfungsi secara independen dan dapat dikelola secara terpisah.

Pengembangan arsitektur monolith yang dijalankan sebagai satu kesatuan membuat pengembangannya lebih sederhana di tahap awal. Akan tetapi, seiring bertumbuhnya aplikasi, sedikit perubahan dapat mempengaruhi banyak bagian dari sistem. Sebaliknya, arsitektur microservice  dapat diskalakan dan dikembangkan tanpa harus mengubah keseluruhan sistem. Hal ini juga mengimplikasikan bahwa ketika terjadi kegagalan pada satu titik, maka keseluruhan sistem aplikasi monolith akan terdampak. Sementara itu, kegagalan dalam satu titik di aplikasi microservice akan terisolasi dan dapat diperbaiki secara terfokus.

Apa Saja Ciri-ciri Microservices?

Pengembangan microservice merupakan jawaban dan solusi atas beberapa kelemahan dan hambatan yang biasa dihadapi dalam mengembangkan aplikasi monolith, mulai dari repositori kode yang besar, ketahanan aplikasi dari kegagalan, dan kompleksitas yang membatasi skalabilitas. Oleh karena itu, terdapat beberapa ciri-ciri dan karakteristik utama dari microservice dan desainnya, berikut ini adalah penjelasannya:

Independen

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, setiap layanan dan aplikasi dalam arsitektur layanan mikro merupakan komponen yang independen. Setiap komponen ini dapat berjalan sebagai layanannya sendiri dalam proses aplikasi. Hal ini dapat meringankan beban aplikasi dengan mengkomunikasikan berbagai layanan lewat API.

Otonom

Arsitektur microservice lebih otonom terutama dalam menerapkan sistem otomatisasi dibandingkan arsitektur monolith. Perusahaan dapat mengembangkan, memperbarui, dan menskalakan setiap komponen layanan tanpa mempengaruhi layanan lain. Tim developer tidak perlu berbagi kode atau implementasi apa pun dengan layanan lain karena komunikasi antar komponen terjadi melalui API yang terdefinisi dengan baik.

Terspesialisasi

Penggunaan layanan mikro dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendefinisikan setiap fungsi dalam aplikasi secara rinci. Setiap layanan dalam aplikasi memiliki spesialisasi untuk kemampuan tertentu, sehingga tim developer dapat membuat layanan yang berfokus pada masalah-masalah tertentu yang lebih spesifik.

Apa Kaitan antara Microservices dan DevOps?

Arsitektur layanan mikro memiliki kaitan erat dengan praktik pengembangan DevOps. DevOps sendiri merupakan pendekatan kolaboratif antara tim developer dan tim operasional agar bisa mempercepat siklus pengembangan perangkat lunak lewat otomatisasi dan integrasi berkelanjutan. Banyak developer menganggap bahwa arsitektur layanan mikro memang secara langsung diterapkan untuk mengoptimalkan DevOps dan CI/CD (continuous integration/continuous delivery).

Pendekatan DevOps dapat memungkinkan tim untuk melakukan integrasi dan pengujian aplikasi layanan mikro secara berkelanjutan dengan lebih efektif. Setiap layanan microservice juga dapat diuji secara independen sebelum diintegrasikan ke dalam aplikasi secara keseluruhan. Tanpa DevOps, arsitektur layanan mikro mungkin akan menghadapi beberapa masalah terkait dengan kompleksitas komponen-komponennya.

Oleh karena itu, praktik DevOps yang terstruktur dapat menjadi solusi penerapan, pemantauan, life cycle management, serta otomatisasi yang lebih baik untuk mendukung arsitektur layanan mikro.

Apa Saja Manfaat Microservices Architecture dalam Pengembangan Aplikasi?

Arsitektur layanan mikro memiliki beberapa manfaat utama dalam pengembangan aplikasi modern. Berikut ini adalah manfaat-manfaat utama serta penjelasannya:

Fleksibilitas Tinggi

Layanan mikro memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi sehingga memungkinkan developer untuk menggunakan lebih banyak gambar, container, serta mesin manajemen yang berbeda. Hal ini memberikan keleluasaan dan opsi konfigurasi yang lebih banyak bagi developer saat membuat aplikasi.

Skalabilitas Tinggi

Aplikasi yang menggunakan arsitektur layanan mikro dapat dikembangkan dan ditambah fitur-fiturnya seiring waktu tanpa harus mengkhawatirkan kondisi keseluruhan sistem. Hal ini karena setiap layanan dalam arsitektur ini bergerak secara independen dan memiliki skalabilitas yang independen pula.

Hemat Sumber Daya

Fitur cluster manager dalam arsitektur layanan mikro membuat arsitektur ini cenderung lebih hemat dalam penggunaan sumber daya, khususnya selama runtime. Hal ini juga turut membantu meringankan beban pengembangan dan beban aplikasi ketika dijalankan.

Risiko Downtime Lebih Rendah

Layanan mikro memiliki risiko downtime yang lebih kecil karena developer tidak perlu melakukan re-deploy untuk keseluruhan aplikasi ketika membuat update untuk layanan tertentu. Codebase layanan yang lebih kecil dapat menyederhanakan pemecahan masalah, sekaligus mempercepat waktu rata-rata untuk mendeteksi masalah (MTTD) dan waktu rata-rata untuk pemulihan (MTTR).

Tingkatkan Observabilitas Microservices Anda dengan Platform DevOps dari Phintraco Technology!

Semakin kompleksnya arsitektur aplikasi microservices membuat perusahaan harus memiliki alat yang dapat meningkatkan observabilitas untuk memantau kinerja dan kesehatan aplikasi serta setiap layanan mikro yang ada. Hal ini penting untuk memastikan pengembangan microservices dapat berjalan dengan optimal.

Phintraco Technology merupakan perusahaan IT infrastructure & solutions yang dapat membantu Anda meningkatkan observabilitas pengembangan microservices dengan solusi platform DevOps terbaik. Solusi platform DevOps dari Phintraco Technology memiliki fitur-fitur observabilitas yang dapat meningkatkan visibilitas dan pemantauan aplikasi Anda. Dengan dukungan AI, solus ini juga dapat membantu mengimplementasikan pendeteksian dan pengujian secara otomatis untuk mengatasi potensi masalah.

Hubungi marketing@phintraco.com sekarang untuk informasi lebih lanjut mengenai solusi DevOps dari Phintraco Technology!

 Editor: Cardila Ladini