Reverse Engineering: Proses dan Dampaknya bagi Bisnis

Reverse Engineering: Proses dan Dampaknya bagi Bisnis
Keamanan aplikasi mobile merupakan prioritas utama yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan, khususnya perusahaan yang mengandalkan aplikasi mobile untuk operasional bisnis dan interaksi pelanggan. Hal ini didorong oleh semakin maraknya bentuk serangan dan ancaman siber yang dapat membahayakan aplikasi, data pelanggan hingga keberlangsungan bisnis itu sendiri. Salah satu metode atau ancaman yang kerap mengintai aplikasi mobile bisnis adalah reverse engineering atau rekayasa balik.
Metode ini kerap dilakukan oleh pelaku serangan siber atau kompetitor untuk berbagai tujuan yang dapat berdampak negatif pada bisnis. Reverse engineering, artinya membongkar aplikasi hingga ke kode sumbernya, dapat dicegah dan dideteksi dengan solusi keamanan aplikasi yang mumpuni dan komprehensif. Oleh karena itu, perusahaan harus memahami metode rekayasa balik dari berbagai aspeknya. Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang metode ini mulai dari definisinya, bagaimana prosesnya, mengapa metode ini berbahaya, bagaimana cara mencegahnya, serta bagaimana cara mendeteksinya. Simak artikel ini untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Apa itu Reverse Engineering?
Reverse engineering adalah proses analisis suatu produk atau sistem yang sudah ada untuk memahami desain, fungsi, serta cara kerjanya. Dalam konteks aplikasi mobile, rekayasa balik adalah proses membongkar kode aplikasi yang sudah dikompilasi menjadi format yang lebih mudah dibaca dan diakses.
Pada dasarnya metode ini dapat dilakukan untuk tujuan yang positif atau negatif. Dalam hal positif, metode ini bisa digunakan untuk analisis keamanan yang etis, interoperabilitas sistem, serta mempelajari teknologi baru untuk diterapkan dan dikembangkan. Sebaliknya, dalam hal negatif dan ilegal, metode ini merupakan aktivitas yang berbahaya karena berpotensi dijalankan untuk mengakses kode sumber, algoritma, data sensitif, serta celah keamanan aplikasi tanpa izin.
Penyalahgunaan rekayasa balik ini dapat meningkatkan potensi ancaman bagi bisnis karena bisa mengekspos rahasia dagang, algoritma atau fitur unik di aplikasi yang menjadi keunggulan kompetitif, hingga data sensitif milik pengguna.
Bagaimana Proses Reverse Engineering?
Proses rekayasa kode aplikasi mobile memiliki tahapan-tahapan yang sistematis. Pada tahap pertama, pelaku akan mengumpulkan informasi awal yang diperlukan tentang aplikasi yang menjadi target (reconnaissance). Informasi yang relevan tersebut antara lain seperti platform apa yang digunakan (Android atau iOS), teknologi pengembangan yang digunakan, serta informasi lainnya.
Selanjutnya, pelaku akan melakukan decompilation dan disassembly. Tahapan ini merupakan pengubahan kode aplikasi yang sudah dikompilasi (dalam bentuk file APK atau IPA) menjadi format yang lebih mudah dibaca. Format yang dimaksud adalah kode assembly atau kode sumber dalam bahasa pemrograman yang digunakan saat pengembangan, misalnya Java atau Kotlin. Pelaku akan menggunakan alat-alat decompiler seperti APKTool, Jadx, Ghidra, dan berbagai alat online lainnya.
Kemudian, setelah dekompilasi berhasil, pelaku akan menganalisis kode untuk mempelajari logika aplikasi, alur kerja, algoritma yang digunakan serta menemukan celah keamanan. Tujuan utamanya adalah untuk mengidentifikasi kelemahan yang bisa dieksploitasi. Oleh karena itu, konsep anti reverse engineering dapat diimplementasikan sebagai strategi mempersulit atau mencegah langkah-langkah rekayasa balik ini.
Mengapa Reverse Engineering Berbahaya bagi Bisnis?
Rekayasa balik yang dilakukan secara ilegal dapat menjadi sangat berbahaya bagi bisnis. Berikut ini adalah beberapa kerugian dan dampak yang dapat dihadapi bisnis dari serangan ini:
Kerugian Finansial
Serangan ini dapat dilakukan dengan tujuan mencuri kekayaan intelektual perusahaan, misalnya kode sumber aplikasi atau algoritma unik yang kemudian ditiru oleh kompetitor. Pembajakan fitur premium atau lisensi aplikasi juga dapat dilakukan dan mengurangi pendapatan bisnis. Semua hal tersebut dapat berdampak pada kerugian finansial yang signifikan.
Kerusakan Reputasi
Aplikasi yang berhasil dibobol dan bocor datanya dapat merusak reputasi bisnis dan menghilangkan kepercayaan pelanggan. Selain itu, aplikasi yang telah direkayasa balik juga dapat disisipkan malware yang semakin memperburuk citra perusahaan.
Sanksi Hukum
Pelanggaran data dan kebocoran yang terjadi akibat serangan ini dapat mengakibatkan perusahaan terkena sanksi dan denda. Setiap perusahaan perlu mematuhi regulasi terkait privasi data yang berlaku, misalnya UU PDP. Pelanggaran ini dapat mengakibatkan sanksi hukum serta denda yang besar.
Hilangnya Keunggulan Kompetitif
Fitur unggulan dan algoritma unik yang dicuri dan ditiru oleh kompetitor akan membuat perusahaan kehilangan keunggulan kompetitif di pasaran. Hal tersebut dapat berpotensi terjadi lewat serangan rekayasa balik.
Bagaimana Cara Mencegah Reverse Engineering?
Diperlukan pendekatan yang berlapis dan komprehensif untuk bisa mencegah rekayasa balik, khususnya dalam tahap pengembangan aplikasi. Strategi anti reverse engineering ini bertujuan untuk mempersulit upaya pembongkaran aplikasi. Berikut ini adalah beberapa teknik dan praktik yang dapat dilakukan:
Code Obfuscation
Obfuscation atau pengaburan kode merupakan teknik yang bertujuan untuk membuat kode aplikasi lebih sulit dibaca dan dipahami. Metode ini dapat mempersulit dan mencegah proses rekayasa balik secara signifikan.
Enkripsi
Proses enkripsi atau penguncian dapat diterapkan ke kode aplikasi, data sensitif yang disimpan di aplikasi, serta ke komunikasi jaringan. Hal ini dilakukan untuk menyulitkan pelaku dalam membongkar aplikasi, bahkan jika pelaku berhasil mengakses kodenya.
Root/Jailbreak Detection
Mekanisme ini diimplementasikan untuk mendeteksi apakah aplikasi berjalan di aplikasi yang telah diterapkan root atau jailbreak. Aplikasi dapat menolak untuk dijalankan, membatasi fungsionalitas, atau memberikan peringatan keamanan karena perangkat yang sudah di-root atau jailbreak lebih rentan terhadap rekayasa balik.
Tamper Detection
Teknik ini diimplementasikan untuk menjaga integritas kode secara berkala. Aplikasi dapat menutup diri secara otomatis atau menghapus data sensitif jika terdeteksi adanya perubahan atau modifikasi ilegal (tampering) oleh pihak yang tidak berwenang.
Runtime Application Self-Protection (RASP)
RASP merupakan teknologi keamanan untuk aplikasi mobile yang bisa melindungi saat aplikasi sedang berjalan atau runtime. Sistem ini dapat mendeteksi dan mencegah upaya rekayasa balik, injeksi kode berbahaya, atau tampering secara real time.
Bagaimana Cara Mendeteksi Upaya Reverse Engineering pada Aplikasi Mobile?
Setelah mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan, kemampuan untuk mendeteksi upaya rekayasa balik juga perlu disiapkan untuk merespons ancaman secara cepat. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mendeteksi upaya rekayasa balik pada aplikasi mobile:
Logging Aplikasi
Monitoring log aplikasi dapat membantu mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan dan berpotensi merupakan upaya rekayasa balik. Pemantauan ini dianjurkan untuk dilakukan secara teratur untuk mencari pola-pola tidak biasa seperti percobaan debugging yang berkali-kali gagal, error, atau akses ke area data yang sensitif.
Analisis Perilaku Aplikasi
Pelajari dan analisis perilaku aplikasi agar bisa mendeteksi anomali yang mengindikasikan upaya rekayasa balik atau serangan siber lainnya. Temukan perubahan yang tidak wajar dalam penggunaan sumber daya sistem, pola komunikasi jaringan, dan modifikasi alur kerja aplikasi.
Audit Keamanan dan Penetration Testing
Lakukan juga audit keamanan kode aplikasi secara rutin oleh tim internal atau pihak ketiga. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi celah keamanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang. Selain itu, lakukan juga uji penetrasi untuk menguji ketahanan keamanan aplikasi secara keseluruhan.
Wujudkan Keamanan Aplikasi Mobile yang Kuat untuk Cegah Reverse Engineering dengan Solusi dari Phintraco Technology!
Keamanan aplikasi mobile bisnis merupakan prioritas utama bagi setiap perusahaan agar bisa menjaga aset digital dan keberlangsungan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan harus menyiapkan berbagai lapisan keamanan untuk menangkal ancaman siber seperti reverse engineering, tampering, dan yang lainnya.
Phintraco Technology hadir sebagai mitra terpercaya untuk meningkatkan keamanan aplikasi mobile Anda dengan solusi mobile app security yang komprehensif. Solusi dari kami mencakup app shielding yang mencegah reverse engineering dan code tampering. Mekanisme dan teknik obfuscation, enkripsi, deteksi perangkat root/jailbreak, serta implementasi RASP dapat membantu Anda menjaga aset digital bisnis.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi marketing@phintraco.com sekarang!
Editor: Irnadia Fardila
Recent Posts


